Ahad 27 Sep 2020 14:43 WIB
Cerita di Balik Berita

Berharap Dapat Amplop, Malah Dikasih Kepala Babi

Saat ditawari makan pemilik peternakan babi, kawan saya meminta.

Peternakan babi. foto: ilustrasi.
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Peternakan babi. foto: ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Irwan Arifianto, Jurnalis Republika (1996-2013)

Pertama kali menjadi calon reporter, saya sempat ditugaskan di Bekasi. Waktu itu saya masih belum paham apa istilah amplop, 86, atau istilah-istilah yang berhubungan dengan amplop.

Baca Juga

Dua hari ditugaskan di Bekasi, saya ditugaskan oleh Koordinator Liputan (korlip) Sapto Anggoro untuk meliput peternakan babi di daerah pinggiran Bekasi (saya lupa namanya). Kebetulan saat itu wartawan dari koran kota X dan wartawan dari koran lokal Y (salah satu koran lokal milik grup koran besar di daerah) juga akan meliput tema yang sama.

Berangkatlah kami bertiga dengan menggunakan mobil milik wartawan Y dari presroom Pemda Bekasi. Sepanjang jalan kedua wartawan senior ini sibuk bercerita soal 86, bagi hasil, dan istilah-istilah yang saya tak mengerti sama sekali. "Ente baru ya Wan, nanti juga belajar, ikut aja bagaimana abangmu nih cari berita," ujar Y.

Setibanya di lokasi, sibuklah kami bertiga wawancara sana-sini, baik dengan warga sekitar, RT dan RW, pemuka agama. Setelah dirasakan cukup, kami pun mendatangi pemilik peternakan babi. Koh A Song, nama si pemilik peternakan ini terlihat lugu dan polos. Selama wawancara, ia beberapa kali didesak oleh dua wartawan itu soal izin peternakan babi.

Usai wawancara dan melihat peternakan babi, dengan sopan Koh A Song menawarkan kami untuk masuk ke rumahnya. Kami pun disuguhi kopi dan makan siang. Tentu saja saya dan dua rekan wartawan ini menolak, karena khawatir disuguhi daging babi.

"Udahlah Koh, kami terima mentahnya saja, nggak usah makan," ujar wartawan X sambil mendelik kepada saya dan Y.

"Ohh ya sudah kalau begitu, nanti saya ke dalam dulu ya,” ujarnya.

Namun, beberapa saat kemudian saya pun tertawa tergelak-gelak, ketika si pemilik peternakan keluar dari ruangan membawa tiga bungkus daging babi mentah sambil menyerahkan kepada saya dan dua wartawan itu.

"lni yang mentahnya, dijamin bersih nggak ada penyakit," ujar si pemilik peternakan. Dua wartawan senior itu pun cuma bisa berpandangan dengan wajah yang lesu. Tentu saja yang dimaksud mentahan oleh X adalah uang.

*Disarikan dari buku Cerita di Balik Berita, 99 Kisah Wartawan Republika

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement