Sabtu 26 Sep 2020 16:51 WIB

Genose Disebut Mampu Deteksi Covid-19 dalam 80 Detik

Genose adalah alat deteksi Covid-19 hasil inovasi peneliti UGM

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Christiyaningsih
Virus corona (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Virus corona (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Universitas Gadjah Mada (UGM) secara resmi melakukan serah terima Genose kepada Kemenristek/BRIN. Genose merupakan teknologi alat deteksi Covid-19 melalui embusan nafas yang disebut bisa mendeteksi dalam 80 detik.

Alat ini merupakan hasil pengembangan peneliti UGM. Awalnya, hasil positif atau negatif diketahui tidak kurang dari dua menit.

Baca Juga

"Kalau sebelumnya butuh waktu sekitar tiga menit, kemarin saat uji BIN di sudah bisa turun jadi 80 detik sehingga lebih cepat lagi," kata anggota peneliti Genose, Kuwat Triyono belum lama ini.

Selain cepat melakukan deteksi dan memiliki akurasi tinggi, penggunaan alat ini jauh lebih terjangkau dibandingkan tes usap PCR. Satu unit Genose yang diperkirakan seharga Rp 40 juta dapat digunakan untuk 100 ribu pemeriksaan.

"Untuk saat ini kemampuan produksi optiumum sekitar 50 ribu unit per bulannya," ujar Kuwat.

Peneliti Genose lain, Dian Kesumapramudya Nurputra, memaparkan Genose bekerja mendeteksi Volatile Organic Compound (VOC) yang terbentuk karena ada infeksi Covid-19. VOC keluar bersama nafas lewat embusan nafas ke dalam kantung khusus.

Diidentifikasi melalui sensor-sensor yang datanya akan diolah dengan bantuan kecerdasan buatan, Genose telah melalui uji profiling dengan 600 sampel data valid RS Bhayangkara dan RS Lapangan Khusus Covid Bambanglipuro di DIY.

Hasilnya menunjukkan tingkat akurasi tinggi 97 persen. Setelah melalui uji klinis tahap pertama, Genose memasuki uji klinis tahap kedua. Menristek/BRIN Bambang Brodjonegoro menekankan mereka siap mendukung uji klinis lanjutan Genose.

"Riset/BRIN melalui Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 siap memberikan dukungan finalisasi Genose dalam bentuk dukungan uji klinis tahap kedua," kata Bambang.

Bambang berharap Genose bisa segera dimanfaatkan secara masif di masyarakat. Ia menargetkan setidaknya pada Desember 2020 alat ini bisa digunakan untuk skrining.

"Jika sudah uji klinis dan mendapat izin edar dari Kemenkes, pastikan alat disampaikan ke satgas bisa menjadi alat tes untuk membantu usaha Indoensia meningkatkan rasio testing," ujar Bambang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement