Jumat 25 Sep 2020 20:10 WIB

Seluruh Elemen Bangsa Diharapkan Bersatu di saat Pandemi

Sejumlah pemuda mengambil sikap untuk meredam kebencian ini.

Lawan Corona. Ilustrasi
Foto: Republika
Lawan Corona. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Situasi ekonomi dan politik nasional yang naik turun akibat dampak dari pandemi Covid-19, semestinya mendorong seluruh elemen bangsa bekerja bersama. Belakangan justru tersiar kabar sebuah gerakan yang menebar kebencian kepada Menteri Erick Thohir dengan semboyan #ErickOut.

Melihat situasi itu, sekumpulan pemuda lintas organ, lintas profesi, dan lintas keyakinan merasa perlu untuk mengambil sikap dalam rangka meredam kebencian ini. Effendi Syahputra, menghimpun segala elemen gerakan pemuda dalam satu rumah bersama Gerakan Muda Bersatu Nasional. Effendi menduga, kelompok-kelompok yang selalu membuat gaduh adalah organisasi tanpa bentuk, yang digunakan hanya untuk membelah sentimen kepada pemerintah. 

“Sebagai generasi muda, saya sedih jika masih kelompok-kelompok yang membuat gaduh ini hanya sebatas bermotif politis. Entah motifnya jabatan atau proyek, tapi yang pasti kurang elok bagi kita untuk terus menghujat apalagi melakukan fitnah yang tidak-tidak kepada Menteri Erick. Menteri Erick sedang bekerja keras dalam hal meredakan pandemi, dengan segala macam usaha. Justru saya mengajak kita mendidik rakyat dengan akal sehat, dengan data dan fakta yang benar,” kata Effendi, Jumat (25/9).

Menurut Effendi, apabila BUMN seperti Pertamina mengalami kerugian adalah satu hal yang sangat logis di tengah pandemi. Salah satu pemasukan terbesar Pertamina adalah konsumsi bahan bakar transportasi pribadi. Dalam situasi daya beli untuk konsumsi, otomatis turun drastis, karena di banyak kota-kota besar di Indonesia memberlakukan PSBB. Lagi pula, kata dia, mobilitas masyarakat hampir berkurang 40% dari biasanya, bahkan anjuran dari WHO jika sebuah kota sudah banyak klaster baru mobilitas masyarakatnya harus berkurang hingga 70%. 

“Hal-hal itu juga yang menjelaskan BUMN sektor transportasi menurun drastis seperti Garuda dan PT KAI. Garuda selama ini melayani rute bisnis dan pariwisata, semenjak terjadi pandemi Covid-19 semua tempat wisata ditutup akibatnya wisatawan internasional dan domestik menurun drastis. Terlihat jelas seperti Bali misalnya, yang biasa ramai dikunjungi wisatawan local dan internasional belakangan menurun. Serupa dengan PT.KAI selama ini keuntungan PT.KAI ditopang oleh jalur Jakarta-Bandung dengan nama K.A Argo Parahyangan terpaksa tutup karena kedua kota tersebut memberlakukan PSBB sejak awal pandemi Covid-19," papar Effendi.

Ia juga menekankan, jika cara melihat dengan akal yang sehat, perusahaan BUMN Rusia Rosneft di sektor minyak dan gas juga mengalami kerugian. Aset di Venezuela dijual, cabang di Saudi Arabi pindah, dan mulai mengalihkan investasinya ke bidang lain. Hampir semua BUMN dunia yang bergerak di bidang transportasi mengalami penurunan yang drastis. Sehingg, kata dia, cara membandingkannya pun harus tepat dan akurat.

Tokoh muda yang juga merupakan pengacara publik ini menjelaskan rumor terkait dengan PHK. Menurut dia, realitanya tidak seperti yang dituduhkan.

Masih menurut dia, pengurangan beban pekerja dalam lingkungan BUMN adalah satu konsekuensi logis di tengah pandemi. Itu adalah bagian dari penyesuaian situasi ekonomi global yang juga melemah. BUMN, kata dia, melakukan holding-isasi perusahaan dalam rangka efisiensi beban belanja pegawai dan meningkatkan fungsi kontrol di masing-masing entitas BUMN. 

“Penyesuaian kepegawaian itu, secara komposisi lebih banyak aspek tidak melanjutkan kontrak kerja antara pihak BUMN dengan pekerja kontrak (Non-PHK). Jikapun ada perusahaan BUMN yang tidak penuh membayar hak gaji pegawainya, itu adalah BUMN yang mewarisi masalah sejak masa lalu. Dan holdingisasi adalah salah satu cara memperbaiki itu semua," kata Effendi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement