Jumat 25 Sep 2020 19:54 WIB

Moskow Desak Perusahaan Terapkan Work From Home

Moskow minta perusahaan perbanyak karyawan untuk terapkan 'work from home'.

Wali kota Moskow pada Jumat (25/9), mendesak para pelaku usaha untuk mendorong lebih banyak karyawan bekerja dari rumah (Foto: ilustrasi Covid-19 di Rusia)
Foto: Foto AP / Michel Euler
Wali kota Moskow pada Jumat (25/9), mendesak para pelaku usaha untuk mendorong lebih banyak karyawan bekerja dari rumah (Foto: ilustrasi Covid-19 di Rusia)

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Wali kota Moskow pada Jumat (25/9), mendesak para pelaku usaha untuk mendorong lebih banyak karyawan bekerja dari rumah. Pasalnya, kasus harian Covid-19 di Rusia mencapai angka tertinggi sejak 23 Juni.

Mengutip reuters, Jumat (25/9), pejabat melaporkan 7.212 infeksi baru, sehingga total kasus nasional menjadi 1.136.048. Di Moskow, penghitungan kasus baru naik hampir 50 persen dalam waktu semalam menjadi 1.560 dari 1.050 hari sebelumnya.

Baca Juga

Rusia mencabut banyak pembatasan pengunciannya pada Juni. Banyak toko, tempat usaha, dan transportasi umum di ibu kota yang berpenduduk lebih dari 12,5 juta orang itu beroperasi seperti biasa.

Namun pada Jumat, Wali Kota Sergei Sobyanin, merekomendasikan agar kepala semua perusahaan di kota tersebut mengalihkan sebanyak mungkin staf mereka untuk bekerja dari rumah mulai Senin (28/9). TsUM, toko serba ada utama penjual barang-barang mewah di Moskow, didenda satu juta rubel(sekitar Rp193 juta) karena gagal memastikan pengunjungnya memakai masker, kata gugus tugas virus corona kota.

Sobyanin menyarankan siapa pun dengan masalah kesehatan kronis atau mereka yang berusia lebih dari 65 tahun untuk tinggal di rumah, kecuali dalam keadaan mendesak. Warga Moskow yang memasuki usia pensiun harus bekerja dari rumah atau libur, katanya.

Satuan tugas virus corona nasional Rusia mengatakan, 108 orang meninggal di seluruh Rusia dalam 24 jam terakhir, yang mendorong jumlah kematian resmi akibat virus corona menjadi 20.056. Rusia memiliki total kasus tertinggi keempat di dunia, setelah Amerika Serikat, India, dan Brazil, serta angka kematian tertinggi ke-12, menurut data resmi.

sumber : Reuters/Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement