Jumat 25 Sep 2020 15:27 WIB

China: AS Ciptakan Banyak Masalah Bagi Dunia

AS menyebut China bertanggung jawab atas penyebaran virus Covid-19 di seluruh dunia.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden AS Donald Trump.
Foto: EPA-EFE/Yuri Gripas
Presiden AS Donald Trump.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Duta Besar (Dubes) China untuk PBB Zhang Jun mengatakan Amerika Serikat (AS) telah menciptakan cukup banyak masalah bagi dunia. Hal itu dia sampaikan setelah Washington menuding Beijing menutupi dan bertanggung jawab atas munculnya pandemi Covid-19.

"Saya harus mengatakan, cukup sudah cukup. Anda (AS) telah menciptakan cukup banyak masalah bagi dunia. Sayangnya, kami sekali lagi mendengar suara-suara dari AS yang sangat bertentangan dengan suasana pertemuan," kata Zhang dalam pertemuan anggota Dewan Keamanan PBB yang digelar secara virtual pada Kamis (24/9), dikutip laman CNN.

Baca Juga

Dalam pertemuan itu, Dubes AS untuk PBB Kelly Craft memang kembali mengutarakan tuduhan yang dilayangkan Presiden Donald Trump soal China yang bertanggung jawab atas pandemi Covid-19. Craft menyebut China menutupi kemunculan virus Corona baru dan menekan kerja sama ilmiah. Menurutnya tindakan itu telah mengubah epidemi lokal menjadi pandemi global.

Zhang menegaskan, negaranya menolak tuduhan tidak berdasar. Dubes Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia turut menyayangkan sikap Craft dalam pertemuan tersebut.

"Kami menyesali fakta bahwa perwakilan AS memilih pertemuan ini dan platform Dewan Keamanan PBB untuk membuat tuduhan tidak berdasar terhadap salah satu anggota Dewan Keamanan," kata Nebenzia.

Dalam pidatonya untuk Sidang Majelis Umum PBB ke-75 pada Selasa (22/9) lalu, Trump menyalahkan China atas pecahnya pandemi Covid-19.Dia menyebut Beijing mengizinkan penerbangan dari negaranya ke negara lain dan menginfeksi dunia. Trump pun kembali melontarkan pernyataan kontroversial dengan menyebut Covid-19 sebagai "virus China".

Saat ini terdapat 32,1 juta kasus Covid-19 di seluruh dunia. Pandemi telah menewaskan lebih dari 981 ribu jiwa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement