Jumat 25 Sep 2020 06:16 WIB

Sejarah Panjang Odading, Roti Bantal yang Viral

Celetukan yang bikin viral: Odading Mang Oleh, rasanya seperti Anda menjadi Iron Man

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Karta Raharja Ucu
Gerobak Odading Mang Oleh tampak kosong di Pasar Kosambi Bandung, Kamis (17/9). Penjualan odading Mang Oleh mendadak meroket setelah video seorang konsumen makanan khas ini viral di media sosial.
Foto:

Dihubungi terpisah, antropolog Universitas Brawijaya, Ary Budiyanto menjelaskan odading, tak hanya ditemukan di Bandung, tapi juga di Jawa Tengah. “Kalau di Jawa Tengah, orang Jawa lama sebutnya Galundeng atau umumnya disebut kue bolang-baling, roti bantal. Ini saudaranya cakwe,” ujar dia.

Sebenarnya menurut Ary, odading dinamakan chinese doughnut yang sudah lama menjadi barang jualan khas orang Tionghoa bersama cakwe, onde-onde, dan moho. Kudapan itu masih sering ditemukan dan dijual dorongan atau tenongan.

Perbedaan antara cakwe dengan odading terlihat dari rasa dan waktu dimakannya. Cakwe dimakan bersama dengan bubur, sedangkan odading sebagai cemilan. "Dari segi rasa, cakwe gurih sedangkan odading manis."

photo
Warga menonton antrean calon pembeli Odading Mang Oleh di Bandung, Kamis (17/9). Penjualan odading Mang Oleh mendadak meroket setelah video seorang konsumen makanan khas ini viral di media sosial. - (Yogi Ardhi/Republika)

Baik cakwe atau odading, awalnya diperkenalkan oleh pendatang Tionghoa pada awal abad 20-an, yang masuk ke Hindia Belanda. Sampai di tanah Jawa, para pedagang kue Tionghoa memperkenalkan kudapan itu, yang dulu biasa dijajakan dengan tenongan atau pikulan keliling.

Saat roda mulai dikenal, mereka berjualan dengan alat bantu dorong. Biasanya, mereka merekrut warga pribumi untuk menjualkan dagangannya. Kemudian orang pribumi belajar cara membuatnya. Ada pula yang beralih profesi berjualan dagangan yang sama.

Kian hari, odading berkembang dan makin dikenal masyarakat. Karena itu, rasa odading dahulu dan sekarang berbeda.

Kalo rasa ya sebenarnya pasti ada bedanya. Namun, hanya orang-orang tua yang bisa membedakan. Kan minyak goreng dahulu masih pakai minyak kacang atau minyak kelapa, sekarang sawit. Belum lagi jenis tepung zaman dulu dan sekarang serta raginya,” ujar dia.

Selain rasa, odading saat ini tampak lebih modern dan bervariasi. Tak hanya dapat ditaburi wijen dan gula, tapi juga coklat dan kacang.

photo
Kudapan tradisional Cina Youtiao atau dikenal dengan Cakwe di Indonesia merupakan saudara dekat odading. - (Wikimedia)

Selain odading, kudapan lain yang setua odading yakni onde-onde. Sebab, kata Ary onde-onde masuk dalam resep makanan kolonial yang paling awal ditulis berjudul Kokki Bitja, ataoe, kitab masak masakan India, jang bahroe dan semporna oleh Cornelia Nonna tahun 1850. Namun, kata dia, bukan berarti jenis kue yang tidak masuk resep buku tersebut belum dikenal, bisa jadi belum popular. Buku resep zaman Hindia Belanda selalu menyebutkan masakan dan kue serta minuman khas Belanda. "Juga Jawa, Melayu, Cina, Arab, dan India."

Ary menjelaskan kue-kue murah meriah semacam cakwe dan odading dahulu biasa ada saat pasar malam. Hingga sekarang, saat sekatenan (kegiatan tahunan peringatan Maulid Nabi Muhammad yang diadakan oleh Keraton Surakarta dan Yogyakarta) atau festival dugderan biasa muncul di sana. “Yang pasti mudah mencari kue odading dan cakwe di kota yang ada pecinnya,” ujar dia.

Saat kelenteng atau pecinan ada, maka kue khas Cina ini juga pasti hadir, kuliner ada bersama manusianya. Odading hadir saat komunitas di pecinan ada. Jadinya, lanjut dia setiap kota akan berbeda kemunculannya.

photo
Kue Balok Kang Didin - (Gita Amanda/Republika)

“Kalau sekarang sudah hampir merata keberadaanya, dengan penjaja odading dari mana-mana dan bukan lagi spesial hadir di pecinan,” ucap dia.

Selain onde-onde, ada juga makanan lain khas Bandung yang setua odading. Yakni Surabi Bandung dan kue balok. Kudapan itu sudah ada sejak zaman Belanda dan sempat populer di tahun 90-an.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement