Kamis 24 Sep 2020 18:24 WIB

Satgas: Vaksin tak Bisa Dijadikan Tumpuan Atasi Pandemi

Protokol kesehatan masih terus digalakkan sebagai upaya mengakhiri pandemi Covid-19. 

Rep: Sapto Andika Candra / Red: Ratna Puspita
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito
Foto: Istimewa
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah meminta masyarakat untuk tak menjadikan vaksin Covid-19 sebagai tumpuan dalam menyelesaikan pandemi. Alih-alih mengandalkan vaksin semata, masyarakat diminta untuk terus menjalankan protokol kesehatan seperti mengenakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. 

Protokol kesehatan tetap dipandang sebagai senjata utama untuk memutus rantai penularan Covid-19. "Vaksin tidak bisa dijadikan tumpuan untuk mengatasi pandemi covid19 di Indonesia. Vaksin salah salah satu intervensi untuk berikan perlindungan kesehatan masyarakat," ujar Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito dalam keterangan pers di kantor presiden, Kamis (24/9). 

Baca Juga

Protokol kesehatan, Wiku mengatakan, sejak awal pandemi sudah dipahami sebagai bentuk perlawanan terhadap laju penularan yang terjadi. Menurutnya, protokol kesehatan masih akan terus digalakkan bahkan di masa yang akan datang sebagai upaya untuk mengakhiri pandemi Covid-19. 

"Kami mohon masyarakat tidak bertumpu pada vaksin, masyarakat harus patuh terhadap protokol kesehatan demi selamatkan diri dan orang lain," kata Wiku.

Soal vaksin, Indonesia memang sedang berusaha keras memproduksi vaksinnya sendiri melalui riset yang dilakukan Lembaga Biologi Molukeler Eijkman. Namun demi mendapat pasokan vaksin yang lebih cepat, sejumlah kerja sama pun dilakukan dengan negara-negara produsen vaksin lainnya. 

Kerja sama yang dijalin antara lain, Bio Farma dan Sinovac dari China yang saat ini sudah masuk uji klinis tahap ketiga. Diharapkan, awal 2021 nanti vaksin pabrikan lokal ini bisa diproduksi massal. Kemudian ada Kalbe Farma dengan Genexine asal Korea Selatan. Vaksin yang ditargetkan masuk uji klinis tahap kedua pada akhir 2020 ini berjuluk 'GX-19'.

Kemudian ada juga Kimia Farma yang bekerja sama dengan Group42, perusahaan riset berbasis di Abu Dhabi. Riset vaksin bersama Group42 ini juga menggandeng Sinopharm, sebuah pabrikan produk farmasi asal China.

Selain itu, pemerintah juga masih menjajaki kerja sama dengan perusahaan farmasi asal Inggris, AstraZeneca.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement