Sejarawan Betawi, Alwi Shahab pernah menceritakan, suatu ketika pernah terjadi, para kompeni yang dikalahkan Pitung disuruh pulang menghadap atasannya Schout Heyne dengan lebih dulu ditelanjangi. Schout (kira-kira Kepala Polsek sekarang ini) Heyne yang menjadi gusar dan marah besar memutar otak untuk menaklukkan Pitung.
Tindakan-tindakan kriminil Pitung mengakibatkan kota Batavia menjadi tidak aman. Karena itulah pemerintah kolonial memerintahkan Schout Heyne sendiri untuk meringkus Pitung.
Kompeni terpaksa memutar otak guna menangkal aksi-aksi Pitung. Termasuk dengan cara tidak terpuji.
Ketika Schout Heyne secara curang menciduk Haji Naipin, guru silat dan orang yang dikasihi Pitung, kontan Pitung naik darah. Dengan geram ia menyerahkan diri ke bui (ada yang menyebutkan penjara Glodok).
Untung saja tidak lama ia mendekam di penjara. Karena rekan-rekannya bersekongkol membebaskan Pitung.
Bebasnya Pitung dari penjara membuat kompeni, lebih-lebih Schout Heyne yang bertanggung jawab menjadi lebih kalap lagi. Tidak tanggung-tanggung pihak Belanda menjanjikan hadiah sebesar 400 gulden bagi siapa pun yang dapat membunuh Pitung. Bahkan kompeni membuat peluru khusus dari emas karena percaya bahwa si Pitung kebal dan tidak mempan peluru biasa.