Kamis 24 Sep 2020 12:53 WIB

BMKG: Cuaca Ekstrem Diprediksi Terjadi Sebulan ke Depan

Masyarakat wajib meningkatkan kesiapsiagaannya, terutama yang kerap banjir

Rep: arie lukihardianti/ Red: Hiru Muhammad
Warga menggunakan payung saat hujan mengguyur Stasiun MRT Dukuh Atas BNI, Jakarta, Kamis (13/8/2020). Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika ( BMKG), meski puncak kemarau terjadi pada Agustus ini, sebagian wilayah Jabodetabek diguyur hujan dengan intensitas ringan hingga sedang karena adanya fenomena gelombang atmosfer (Rossby Ekuator) di wilayah Indonesia bagian barat. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/aww.
Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Warga menggunakan payung saat hujan mengguyur Stasiun MRT Dukuh Atas BNI, Jakarta, Kamis (13/8/2020). Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika ( BMKG), meski puncak kemarau terjadi pada Agustus ini, sebagian wilayah Jabodetabek diguyur hujan dengan intensitas ringan hingga sedang karena adanya fenomena gelombang atmosfer (Rossby Ekuator) di wilayah Indonesia bagian barat. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/aww.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Kondisi cuaca yang tidak menentu mulai terjadi di sejumlah daerah di Jawa Barat. Di Sukabumi dan Bogor misalnya, hujan deras dan angin puting beliung terjadi di daerah tersebut yang menyebabkan kerugian bagi masyasrakat terdampak.

Begitu juy, di Kota Cimahi sempat terjadi hujan es dalam waktu singkat, Rabu (23/9). Kondisi ini berbandiing terbalik dengan kota lainnya di Jabar. Misalnya, Bandung yang cuacanya justru panas.

Menurut Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kelas I Bandung Tony Agus Wijaya, masyarakat memang harus waspada dengan kemungkinan perubahan cuaca yang tiba-tiba. Sebab, saat ini sedang masuk di masa pancaroba."Terjadi pada September hingga Oktober," ujar Tony kepada wartawan Kamis (24/9).

Tony mengatakan, saat ini di masa pancaroba atau masa peralihan dari musim kemarau ke musim hujan, kemungkinan terbentuknya awan Cumulonimbus (awan gelap berlapis) meningkat. Hal ini kemudian menyebabkan terjadi cuaca ekstrem, hujan lebat dan hujan es."Hujan es terjadi karena puncak awan yang melebihi batas ketinggian lapisan beku di udara. Di ketinggian lebih dari 5 km," katanya.

Kondisi cuaca yang lebih mudah berubah, kata Tony, mengharuskan setiap masyarakat di wilayah masing-masing meningkatkan kesiapsiagaan. Khususnya mereka yang tinggal di daerah dekat dengan  daerah aliran sungai potensi banjir. Begitu juga, wilayah tengah dan wilayah selatan jawa barat, di daerah perbukitan atau lereng. "Harus ada antisipasi potensi longsor," kata Tony.

Sementara itu, Kepala Stasiun Klimatologi Bogor Abdul Mutholib mengatakan kejadian cuaca ekstrem di Bogor dan sekitarnya mengakibatkan hujan lebat disertai kilat/petir, angin kencang. Bahkan, ada laporan terjadinya fenomena hujan es di sebagian wilayah Kabupaten dan Kota Bogor. 

Curah hujan intensitas tinggi tercatat 51 mm dalam periode kurang dari dua jam (16.00-17.30 WIB), dengan kecepatan angin maksimum 85 km/jam teramati di Stasiun Klimatologi Bogor. 

Abdul mengatakan, cuaca ekstrem ini dipicu oleh kondisi atmosfer yang labil yakni  proses konvektif yang signifikan didukung oleh faktor lokal yang kuat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah di Jawa Barat di antaranya Bogor."Terkait kejadian tersebut, BMKG telah mengeluarkan informasi peringatan dini cuaca ekstrem skala waktu 3 jam-an untuk wilayah Jabodetabek sebelum terjadinya cuaca ekstrim pada tanggal 23 September 2020 sebanyak dua kali mulai dari pukul1 14.00 WIB hingga 19.50 WIB," paparnya.

Pada September 2020, kata dia, di wilayah Jawa Barat masih mengalami periode peralihan musim (pancaroba) dari kemarau ke penghujan, dimana perlu diwaspadai potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang, angin puting beliung, bahkan fenomena hujan es.

Prospek cuaca tiga hari ke depan, masih berpotensi terjadinya hujan yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang pada sore hingga menjelang malam hari di wilayah Bogor, Sukabumi, Cianjur dan Bandung barat.

Menurutnya, masyarakat dihimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap potensi cuaca ekstrem (puting beliung, hujan lebat disertai kilat/petir, hujan es) dan dampak yang dapat ditimbulkannya seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang, dan jalan licin. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement