Kamis 24 Sep 2020 10:49 WIB

10 Pejabat dari Korsel Temui Prabowo Bahas Jet KF-X/IF-X

Menurut The Korea Times, keuangan Indonesia memburuk, dan ingin kurangi pembayaran.

Prototipe pesawat jet generasi 4.5 KF-X/IF-X.
Foto: The Korean Times
Prototipe pesawat jet generasi 4.5 KF-X/IF-X.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Selatan (Korsel) dan Indonesia sedang mengerjakan kesepakatan baru untuk proyek jet tempur bersama kedua negara, yang mengalami hambatan menyusul keterlambatan Indonesia dalam membayar ratusan juta dolar AS.

The Korea Times melaporkan pada Selasa (22/9), sekitar 10 pejabat dari Defence Acquisition Program Administration (DAPA) dan Korean Aerospace Industries (KAI), selaku pembuat pesawat jet tempur generasi 4.5 KF-X, berangkat ke Jakarta pada Selasa, untuk bertemu pejabat Indonesia dalam pertemuan pada Rabu dan Kamis, menurut informasi kedua organisasi tersebut.

Sementara kedua belah pihak telah mengadakan empat putaran negosiasi ulang, pembicaraan terakhir dilakukan setelah sekitar satu tahun. Ini juga merupakan pertemuan pertama sejak Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto menjabat pada Oktober 2019. Prabowo telah menunda melanjutkan pembicaraan dengan pemerintah Korsel, dan ia mengatakan bakal meninjau keseluruhan isi anggaran pertahanan dan sistem persenjataan Indonesia terkait proyek KF-X/IF-X.

Selama pertemuan pekan ini, pejabat kedua negara diharapkan untuk meninjau kondisi proyek pembangunan pesawat bersama untuk mencapai kesepakatan. Hal itu karena Indonesia menginginkan pengurangan pembayaran yang harus dibayar ke pemerintah Korea.

Indonesia pada awalnya setuju untuk membayar 1,7 triliun won atau 1,46 miliar dolar AS (sekitar Rp 21,63 triliun), yang merupakan sekitar 20 persen dari total anggaran proyek 8 triliun won. Tetapi Indonesia malah hanya membayar sekitar 220 miliar won. Pembayaran itu berhenti pada akhir 2017, lantaran situasi keuangan negara yang memburuk. Sementara pembayaran yang dilakukan Indonesia seharusnya selesai pada 2026, sehingga ada tunggakan sekitar 500 miliar won.

Menurut pejabat di bidang industri, pemerintah Indonesia ingin menurunkan kontribusinya dari 20 persen yang dijanjikan menjadi 15 persen. Usulan tersebut dilontarkan Presiden Indonesia Joko Widodo saat berkunjung ke Korsel untuk bertemu Presiden Moon Jae-in pada September 2018, menurut pejabat tersebut.

Tahun lalu, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto mengatakan, negaranya sedang mempertimbangkan untuk menawarkan pesawat CN-235 buatan PT Dirgantara Indonesia sebagai bagian dari kontribusinya proyek KF-X/IF-X, bukan uang tunai.

Pejabat tersebut juga mengatakan, Indonesia ingin pemerintah Korsel melakukan transfer teknologi lebih banyak dalam pengembangan jet tempur kepada Indonesia. Sebuah permintaan tersebut diajukan agar Korsel tidak dapat memutuskan sendiri karena beberapa teknologi tersebut terkait dengan Amerika Serikat. Hingga kini, pengembangan pesawat tempur oleh KAI tersebut berjalan lancar, dengan pabrikan akan meluncurkan prototipe tersebut pada paruh pertama 2021.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement