Rabu 23 Sep 2020 23:36 WIB

3 Pesan Pendek Berpengaruh dalam Hidup Imam Al-Junaid   

Imam Al-Junaid terinspirasi tiga pesan pendek semasa hidupnya.

Imam Al-Junaid terinspirasi tiga pesan pendek semasa hidupnya. Ilustrasi munajat.
Foto: alifmusic.net
Imam Al-Junaid terinspirasi tiga pesan pendek semasa hidupnya. Ilustrasi munajat.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Ustadz Yendri Junaidi, Lc MA 

Kalimat yang keluar dari lisan Rasulullah SAW itu singkat dan padat. Ini yang disebut dengan jawami’ al-kalim.  

Baca Juga

Kalimat yang ringkas mudah dicerna dan dipahami. Untuk bisa melakukan itu, seseorang harus mampu memadatkan makna yang luas ke dalam kalimat-kalimat yang terbatas. 

Kalimat yang singkat dan padat bukan hanya karena kepiawaian mengolah dan merangkai kata, melainkan karena lahir dari pribadi yang matang dan berpengalaman.  

 

Kalimat-kalimat yang singkat dan padat inilah yang mampu mewarnai dan mengubah orang yang mendengarnya. Adapun kalimat yang panjang dan kosong hanya akan melalaikan dan membosankan.  

Jika kemampuan untuk berkata singkat, padat dan melekat ini harus dimiliki setiap mukmin, maka ia lebih harus lagi dimiliki oleh seorang pendidik ; orang tua, guru dan tokoh masyarakat.  

Suatu hari, Imam al-Junaid saat masih kecil, datang menemui pamannya yang sekaligus gurunya; as-Sariy as-Saqathi. Ia datang untuk meminta nasehat. Sang paman berkata: “Anakku, aku akan ajarkan tiga kalimat saja. Kalau engkau mau tidur maka ucapkanlah:  

 الله معي

"Allah bersamaku."

الله ناظر إلي

"Allah melihatku."

الله شاهد علي

"Allah menjadi saksi terhadapku."

Al-Junaid berkata, “Selama sebulan aku mempraktikkan hal itu. Kemudian aku datang lagi pada guruku. Ia berkata:

يا بني ، إذا كان الله معك وناظر إليك وشاهد عليك فهل يصح أن تعصيه 

“Anakku, kalau Allah bersamamu, melihatmu dan menjadi saksi terhadapmu, apakah engkau masih mau bermaksiat?”

Al-Junadi melanjutkan, “Kalimat pendek ini sangat bermanfaat bagiku sepanjang hidup. Setiap kali ada hasrat untuk bermaksiat aku kembali teringat kalimat itu, akhirnya aku urung untuk bermaksiat.”   

Pendidikan seperti ini tidak mungkin di-daringkan, karena ia lahir dari interaksi langsung antara guru yang berkarakter dengan murid yang berminat. Kalau sekedar transfer pengetahuan tentu bisa dilakukan secara daring. Tapi pendidikan bukan (hanya) itu. Pendidikan bukanlah pengajaran. 

*Magister hadits Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir, dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Diniyyah Puteri Padang Panjang.   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement