Rabu 23 Sep 2020 18:13 WIB

Ekspor Aceh Gayo Diharapkan tak Lagi dalam Green Coffee Bean

Ekspor kopi Aceh Gayo diharapkan tidak lagi dalam bentuk 'green coffee bean'.

Rep: Iit Septiyaningsih/ Red: Nora Azizah
Ekspor kopi Aceh Gayo diharapkan tidak lagi dalam bentuk 'green coffee bean' (Foto: ilustrasi green coffee bean)
Foto: Needpix
Ekspor kopi Aceh Gayo diharapkan tidak lagi dalam bentuk 'green coffee bean' (Foto: ilustrasi green coffee bean)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, mengatakan, kopi arabika Gayo berpotensi diekspor. Pasalnya, jumlah kopi yang dikonsumsi di dunia mencapai 2,25 miliar setiap hari sehingga membuka peluang untuk Aceh Gayo.

Ia menyebutkan, total produksi kopi Arabika di dataran tinggi Gayo menembus 74.360,4 ton per tahun. Sebanyak 48 persen atau 35.884,6 ton di antaranya diproduksi di Kabupaten Bener Meriah. Sementara, pangsa pasar kopi Gayo dalan negeri sebanyak 14.872,1 ton per tahun dan pangsa ekspor sebesar 59.488,3 ton.

Baca Juga

"Negara tujuan ekspor terbesar yaitu Amerika Serikat sebanyak 41.642 ton per tahun, sisanya ke negara di kawasan Eropa dan Asia," ujar Nova dalam Webinar pada Rabu (23/9).

Produksi kopi Gayo selama periode Maret sampai Juni 2020 dalam bentuk biji hijau atau green bean pun, sambung Nova, masih ada 15 ribu ton yang belum terserap. Ia berharap dukungan penuh dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) demi mengatasi persoalan itu.

Nova menilai perlu adanya hilirisasi kopi di daerah. Dengan begitu, ekspor tidak lagi dalam bentuk green bean.

Dampak pandemi Covid-19, lanjut Nova, membuat penyerapan komoditas kopi tidak maksimal baik di dalam maupun luar negeri. Ia memperkirakan, hingga Januari 2021 terdapat sekitar 67 ribu ton kopi gayo yang menumpuk di gudang.

"Ini butuh perhatian serius dari pemerintah. Apalagi mulai akhir September, mulai masuk panen raya," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement