Rabu 23 Sep 2020 13:53 WIB

IPB University Latih Puluhan Calon "Dokter Pohon"

IPB memiliki dosen dengan kepakaran arborikultur.

LPPM  IPB University mengadakan pelatihan teknik pemeriksaan pohon di lanskap kota secara daring.
Foto: Dok IPB University
LPPM IPB University mengadakan pelatihan teknik pemeriksaan pohon di lanskap kota secara daring.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Kluster Riset Arborikultur IPB University melalui Program Abdimas Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University mengadakan pelatihan teknik pemeriksaan pohon di lanskap kota secara daring belum lama ini. Kegiatan pelatihan turut mendapat dukungan dari Masyarakat Arborikultur Indonesia (MArI) dan diikuti oleh 36 peserta yang merupakan pecinta pohon, pengelola ruang terbuka hijau, pengelola kawasan properti dan industri, serta peneliti pohon. 

Ketua Kluster Riset Arborikultur IPB University, Prof Dr Dodi Nandika mengungkapkan penyelenggaraan pelatihan ini bukan yang pertama kalinya. Kegiatan serupa telah dilaksanakan pada tahun-tahun sebelumnya  dan merupakan salah satu bentuk layanan IPB  University kepada masyarakat, pemerintah daerah, dan pengelola kawasan properti atau industri yang mengelola ruang terbuka hijau.

“Pelatihan ini diperuntukkan bagi yang memang membutuhkan pengetahuan dan teknik mutakhir untuk pemeriksaan kesehatan pohon dan perawatannya agar pohon atau pepohonan yang mereka miliki dan kelola tetap sehat dan tidak mudah tumbang, apalagi menjelang musim hujan seperti saat ini,” ungkap dosen IPB University dari Fakultas Kehutanan dan Lingkungan (Fahutan) ini dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Kegiatan pelatihan diselenggarakan mengingat saat ini budaya menanam pohon di lanskap kota telah berkembang. Tidak hanya itu, jumlah pohon di berbagai kota dan kawasan properti juga terus meningkat. Bahkan pengetahuan dan teknologi pemeriksaan kesehatan pohon dengan berbagai peralatan mutakhir juga berkembang pesat. 

 

Sejalan dengan itu, cekaman lingkungan terhadap pohon di lanskap kota juga makin serius termasuk akibat pencemaran lingkungan dan vandalisme. “Namun demikian, ketersediaan tenaga arboris atau “dokter pohon” profesional masih sangat kurang, bahkan hampir tidak ada,” kata Prof Dodi.

Oleh karena itu, Prof Dodi menambahkan, sejak lima tahun lalu IPB University mendorong terbentuknya Kluster Riset Arborikultur, dan menjadi inisiator pembentukan Masyarakat Arborikultur Indonesia (MArI). Kehadiran kelompok peneliti dan kelompok peminat pohon tersebut ternyata mendapat respons positif dari masyarakat pencinta pohon, pengelola kawasan properti dan industri, serta beberapa pemerintah daerah, bahkan beberapa kedutaan besar di Jakarta. 

Ketua MArI yang juga dosen IPB University dari Fahutan, Prof Dr Iskandar Z Siregar menyatakan arborikultur dapat menjadi industri baru di Indonesia. Buktinya, arboris IPB University secara berkala diminta melakukan pemeriksaan kesehatan pohon di berbagai kota dan berbagai kawasan industri, kawasan wisata serta kawasan properti, bahkan sampai diminta jasanya memeriksa kesehatan pohon di Singapura. 

“Lebih menarik lagi, tahun lalu, suatu yayasan internasional yang berkedudukan di London, Inggris meminta jasa arboris IPB University untuk memeriksa kesehatan sejumlah pohon besar dan berumur tua (large and old trees) di pemakaman tentara asing di Ambon,” jelas Prof Iskandar. 

Sementara, Prof Dr Lina Karlinasari, anggota Persatuan Arborikultur Malaysia (PArM) yang juga dosen IPB University dari Fahutan mengungkapkan IPB University memang pantas menyelenggarakan pelatihan ini karena memiliki dosen dengan kepakaran arborikultur.  Di samping memiliki peralatan mutakhir untuk pemeriksaan kesehatan pohon serta memiliki kerjasama dengan beberapa orang pemanjat pohon (Tree Climbers) profesional. “Ke depan, IPB University juga akan menyelenggarakan berbagai pelatihan lain terkait bidang arborikultur termasuk pelatihan panjat pohon professional,"  ujar Dr Lina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement