Rabu 23 Sep 2020 12:24 WIB

Tahun Depan, Kementan Targetkan Penurunan Konsumsi Beras

Baseline konsumsi beras pada tahun 2019 sebesar 94,9 kg per kapitan per tahun.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Pedagang menata beras dagangannya di pasar PSPT, Jakarta (ilustrasi). Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan penurunan konsumsi beras dalam lima tahun ke depan.
Foto: Republika/Prayogi
Pedagang menata beras dagangannya di pasar PSPT, Jakarta (ilustrasi). Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan penurunan konsumsi beras dalam lima tahun ke depan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan penurunan konsumsi beras dalam lima tahun ke depan. Khusus 2021, konsumsi beras diharap turun ke posisi 90,9 kilogram per kapita per tahun.

Target penurunan konsumsi beras itu seiring dengan keinginan pemerintah untuk meningkatkan diversifikasi pangan lokal non beras.

Baca Juga

Kepala Badan Ketahanan Pangan, Agung Hendriadi, mengatakan, baseline konsumsi beras pada tahun 2019 sebesar 94,9 kg per kapitan per tahun. Adapun untuk tahun ini, belum diketahui tren konsumsi beras namun pemerintah sudah menargetkan agar mulai turun ke angka 92,9 kg per kapita per tahun.

Tren konsumsi diharapkan terus menurun hingga tahun 2024 mendatang sebesar 85 kg per kapitan per tahun. "Beberapa kabupaten saat ini ada yang sudah di angka 85 kilogram. Untuk mengejarnya secara nasional tentu kita harus tingkatkan pangan lokal kita," kata Agung dalam webinar Kontak Tani Nelayan Andalan, Rabu (23/9).

Agung mengatakan, diversifikasi pangan menjadi cara bertindak dua yang diterapkan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam mendukung ketahanan pangan nasional di masa pandemi Covid-19. Momentun pandemi menjadi pemicu untuk menyadarkan masyarakat akan keanekaragaman pangan lokal yang sudah dikenal masyarakat sejak dahulu.

Kendati demikian, ia mengakui, upaya diversifikasi pangan bukan perkara mudah. Terdapat sejumlah tantangan yang harus dicarikan solusi mulai saat ini. Pertama, yakni produksi pangan lokal yang harus dinaikkan. Kemudian dari segi akses, perlu lebih mudah karena rata-rata produk pangan lokal kurang kompetitif dengan beras.

Ia mencontohkan, singkong sebagai salah satu pangan lokal dapat dibuat tepung mocaf untuk menggantikan tepung terigu yang dibuat daru gandum impor. Namun, harga tepung mocaf belum mampu menyaingi tepung terigu sehingga sulit untuk bisa bersaing di pasar bebas.

"Ini menjadi bagian penting untuk kita supaya akses masyarakat ke pangan lokal bisa lebih mudah," ujarnya.

Mengutip data Kementan, terdapat enam komoditas pangan lokal yang ditargetkan mengalami peningkatan konsumsi dalam lima tahun ke depan. Di antaranya yakni talas, pisang, kentang, sagu, jagung, dan ubi kayu.

Khusus talas, Kementan menargetkan konsumsi tahun 2021 mencapai 1,8 kg per kapita per tahun dari posisi 2019 0,6 kg per kapita per tahun. Kemudian pisang naik ke angka 8,1 kg per kapita per tahun, kentang 4,5 kg per kapita per tahun, sagu 1,1 kg per kapita per tahun, jagung 2,7 kg per kapita per tahun, serta ubi kayu yang naik menjadi 12,4 kg per kapita per tahun.

"Kita meyakini diversifikasi pangan selain meningkatkan ketahanan pangan juga bisa menggerakkan ekonomi masyarakat dan menumbuhkan pertanian keluarga sebagai mata pencaharian," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement