Rabu 23 Sep 2020 11:28 WIB

Iran Masih Buka Opsi Balas AS atas Kematian Soleimani

Soleimani dibunuh AS saat berada dalam konvoi di bandara Irak

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Jenderal Qassem Soleimani (tengah).
Foto: Office of the Iranian Supreme Leader via AP,
Jenderal Qassem Soleimani (tengah).

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan negaranya masih tetap membuka kemungkinan untuk melakukan pembalasan terhadap Amerika Serikat (AS) atas dibunuhnya mantan komandan Pasukan Quds Mayor Jenderal Qassem Soleimani.

"Saya tidak dalam bisnis membuat ancaman, tapi bukunya tidak ditutup", kata Zarif saat berbicara saat berbicara dalam acara vritual Council on Foreign Relations, dikutip laman Sputnik pada Senin (21/9).

Baca Juga

Zarif mengatakan Soleimani telah dianggap sebagai pahlawan oleh banyak orang di kawasan. Hal itu karena peran aktifnya dalam memerangi teroris, terutama ISIS. Oleh sebab itu banyak yang masih menginginkan jawaban atas kematiannya.

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump disebut akan menjadi target militer Iran selama sisa hidupnya. Hal itu karena keterlibatannya dalam pembunuhan Soleimani. Peringatan tersebut ditulis Hossein Shariatmadari, pemimpin redaksi surat kabar Kayhan yang dikelola negara. Kayhan merupakan rekan sekaligus perwakilan pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei di harian tersebut.

Dalam sebuah tulisannya yang diterbitkan pada Ahad (20/9), Shariatmadari menyatakan bahwa Trump akan terus menjadi sasaran militer Iran selama sisa hidupnya. "Trump akan tetap menjadi target terlepas dari apakah dia presiden atau tidak," katanya, dikutip laman Al Arabiya.

Pada Sabtu pekan lalu, Garda Revolusi Iran mengancam akan memburu semua orang yang terlibat dalam pembunuhan Soleimani. Qassem Soleimani tewas di Bandara Internasional Baghdad, Irak, pada Januari lalu. Dia dibunuh saat berada dalam konvoi Popular Mobilization Forces (PMF), pasukan paramiliter Irak yang memiliki kedekatan dengan Iran. Iring-iringan mobil mereka menjadi sasaran tembak pesawat nirawak Washington.

Perintah pembunuhan Soleimani datang langsung dari Trump. Dia mengklaim Soleimani memiliki rencana yang membahayakan para diplomat dan pasukan AS di Irak serta kawasan Timur Tengah. Oleh sebab itu, Washington membunuhnya. Peristiwa itu nyaris menyeret AS dan Iran dalam peperangan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement