Rabu 23 Sep 2020 10:38 WIB
Cerita di Balik Berita

Dilempari Batu Penjaga Saat Ketahuan Investigasi Villa Judi

Penjaga melempari batu saat kami ketahuan mengintip aktivitas judi di dalam villa.

M Subroto, Jurnalist Republika
Foto:

Sambil mengendap-endap seperti pencuri, kami menuju villa  yang dicurigai. Keliling villa dipagari kayu dan tetumbuhan liar. Pintu pagar terbuat dari kayu, tidak terkunci. Aku mendorong pintu pagar dan berjalan pelan masuk ke pekarangan.

Dari jarak sekitar 100 meter kami melihat villa yang disebut sopir sebagai tempat judi. Bangunan itu cukup besar. Ada beberapa mobil yang terparkir di halamannya. Kami melihat dua orang sedang bercakap-cakap sambil berdiri di depan pintu. Sepertinya mereka berjaga-jaga.

Aku perlu membuktikan ada aktifitas judi di villa itu. Aku akan mengintip ke dalam villa. Bachtiar akan mengambil fotonya sebagai bukti. Tapi kesempatan itu belum ada. Dua orang pria berbadan kekar itu tetap berdiri sambil mengawasi sekeliling. 

Kami masih sembunyi di balik pepohonan. Tiba-tiba kami melihat beberapa orang datang menuju villa. Tak tahu dari mana arahnya. Yang jelas bukan dari arah tempat kami masuk tadi. Kami juga belum tahu maksud kedatangan orang-orang itu.

Bachtiar tidak menyia-nyiakan momen itu. Dia langsung jeprat-jepret dengan kameranya. Dia berusaha mendekat ke arah villa. Sambil menunduk-nunduk di sela pepohonan.

Mungkin saking asyiknya mengambil foto, Bachtiar lupa kalau dia seharusnya tak boleh terlihat. Dia berdiri.

Aku memberi kode agar dia menunduk dengan melempar batu ke arah Bachtiar. Tidak kena. Bachtiar tetap saja memotret sambil berdiri.

Tiba-tiba terdengar suara dari depan villa. Rupanya  sang  penjaga di depan bangunan melihat kami.

Hoooi.... Jangan ambil foto, ” teriak salah satu pria.

Aku terkejut bukan main. “Lariii.. ” Teriakku kepada Bachtiar. Dia menoleh, sambil tergopoh-gopoh lari mengikuti perintahku.

Si pria di depan villa melempari kami dengan batu. Dua orang mengejar. Kami lari tunggang langgang keluar pekarangan villa.

Dua orang masih mengejar kami di belakang sambil terus melempari batu. Untung jarak kami cukup jauh. Tak ada batu yang mengenai kami.

Sampai di pintu gerbang, keduanya terus mengejar. Mereka terus berteriak-teriak dengan kalimat tak jelas.

Kami tiba di pinggir jalan raya dengan napas hampir putus. Sopir yang sudah siap dengan mesin mobil menyala, langsung saja tancap gas. 

Kami terus menoleh ke belakang, khawatir kalau-kalau dikejar dengan kendaraan. Tapi tak ada tanda-tanda mereka mengikuti ke jalan raya.

Mobil terus digeber kencang. Sampai jaraknya jauh dan yakin tidak diikuti, barulah laju kendaraan dilambatkan. Kami masih terengah-engah. Ditambah lagi tenggorokan terasa kering karena puasa. Cemas, haus, dan lelah jadi satu. 

Investigasi-investigasian tanpa persiapan hari itu pun berakhir tanpa hasil. Tak apalah, yang penting selamat. Tidak tertangkap atau terkena lemparan batu.

Tips melakukan liputan investigasi

- Mengumpulkan data awal

- Menentukan fokus liputan

- Menyiapkan narasumber kunci

- Membuat daftar pertanyaan untuk narasumber kunci

- Membuat perencanaan peliputan

- Menentukan lama waktu peliputan

- Membuat tim

- Menyusun anggaran

- Menyiapkan rencana publikasi

- Menyiapkan skenario jika ada tuntutan dari pihak yang dirugikan.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement