Selasa 22 Sep 2020 20:38 WIB

Anies Sebut Banyak yang tidak Setuju PSBB Lebih Ketat

Anies mengakui, PSBB membuat semua pihak tidak nyaman dan tidak enak.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Andri Saubani
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan
Foto: Pemprov DKI Jakarta
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, banyak yang tidak setuju dengan berlakunya kembali Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), termasuk dirinya yang telah membuat kebijakan. Namun, menurutnya, PSBB yang lebih ketat menjadi kebijakan yang harus diambilnya.

"Namun ini harus dilakukan untuk mencegah penularan lebih jauh dan mencegah terjadinya kematian serta usaha menyelematkan semua. PSBB ini memang membuat kita semua tidak nyaman dan tidak enak. Banyak yang telah berencana menikah dan acara lain mendadak harus dibatalkan namun PSBB yang lebih ketat harus dilakukan," jelas dia dalam acara talk show bersama Gus Miftah di salah satu stasiun TV, Selasa (22/9).

Baca Juga

Selama pemberlakuan PSBB pertama kali kasus Covid-19 cenderung terus menurun, tetapi di akhir Agustus selama 12 hari, kasus naik hingga 48 persen. Menurut Anies, angka reproduksi penularan (Rt) masih 1, yang seharusnya di bawah 1. Artinya setiap 100 orang positif akan menulari 100 orang lainnya, ketika penularan turun menjadi 90 atau 80 dan seterusnya maka angka reproduksi penularan bisa dibawah satu.

Inilah yang menyebabkan Anies menarik rem darurat untuk memberlakukan PSBB dan lebih ketat dengan aturan denda Rp 250 ribu setiap orang bagi yang tidak memakai masker. Saat ini, telah terkumpul Rp 3,4 miliar lebih.

Namun bagi Anies, pemantauan orang yang berada di luar yang tidak memakai masker lebih mudah ketimbang yang berada di dalam ruangan. Misalnya, satu gedung berlantai 18, dan setiap lantai memiliki tiga ruangan. Bisa dibayangkan potensi penularan jika setiap ruangan diisi orang untuk rapat tanpa mengenakan masker.

Selain itu, menurut pendapat para ahli sesuai data dan fakta di lapangan, Anies melihat jika PSBB tidak dilakukan kembali maka ketersediaan ruang rawat di RS akan melebihi kapasitas.

"Saat ini saja kapasitas RS di seluruh DKI Jakarta keterpakaiannya mencapai 75 hingga 80 persen,"ujar dia.

Adapun, Wisma Atlet yang masih memiliki banyak ruangan diperuntukkan untuk pasien positif Covid -19 tanpa gejala dan memiliki gejala ringan tanpa komorbid. Dengan adanya PSBB ini, angka kematian bisa ditekan hanya 2,5 persen dibanding daerah lain mencapai tujuh persen lebih. Tetapi tetap saja, angka ini bukan hanya angka, tetapi dilihat setiap nyawa yang hilang.

photo
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menginjak rem darurat dengan mengetatkan kembali Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) - (republika)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement