Selasa 22 Sep 2020 11:03 WIB

LIPI Ingatkan Kerawanan Menyangkut Pandemi Covid-19

Proses Pilkada akan terganggu bila masyarakat tidak diberi pemahaman bahaya Covid-19

Rep: Rizkyan adiyudha/ Red: Esthi Maharani
Pilkada serentak 2020 berlangsung saat pandemi Covid-19 belum reda.
Foto: Republika
Pilkada serentak 2020 berlangsung saat pandemi Covid-19 belum reda.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Andriana Elisabeth menyatakan kerawanan pilkada kali ini menyangkut pandemi Covid-19. Dia mengatakan, masalah penanganan pandemi di suatu wilayah yang melaksanakan pilkada harus segera diselesaikan karena pandemi juga punya masalah terkait persoalan pemotongan anggaran, data korban hingga masyarakat yang tidak paham keberadaan Covid-19.

"Ini juga akan mengganggu proses Pilkada kalau masyarakat tidak diberi pemahaman bagaimana bahayanya Covid-19," Andriana di Jakarta, Senin (22/9).

Terkait kampanye, Andriana berharap para calon didorong berdebat soal topik bagaimana cara meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya secara riil di tengah pandemi. Dia melanjutkan, secara nasional pasangan calon harus bertanggung jawab merawat keberagaman Indonesia yang belakangan cukup mengganggu adalah masalah intoleransi.

"Parpol juga harus mengedukasi ke pemilih tentang bahaya politik uang. Walaupun ini di tengah pandemi banyak yang kesulitan ekonomi, jangan sampai terjadi pragmatisme di situ," pungasnya.

 

Selain itu, pemerintah, DPR dan lembaga penyelenggara pemilu sebaiknya mewaspadai konflik yang dipicu oleh eksploitasi keragaman Indonesia dalam pelaksanaan pilkada serentak 2020. Menurutnya, konflik horizontal terjadi karena ketidaksetaraan sosial yang menimbulkan gesekan-gesekan sosial dan berpotensi menjadi konflik politik bahkan perang saudara.

Dia mengakatakan, karena ketidaksetaraan maka akan terjadi perbedaan sosial berdasarkan etnis, suku, agama, ras dan antargolongan (SARA). Dia melanjutkan, hal tersebut kemudian akan berpotensi lebih besar dalam konteks masyarakat yang beragam.

"Kalau dalam perspektif perdamaian dunia, keberagaman itu harus menjadi sumber kekayaan. Tetapi kalau melihat konteks konflik, maka keberagaman ini bisa menjadi sumber persoalan," katanya

Dia menilai harus ada upaya sejak awal mencegah jangan sampai terjadi lagi kejadian seperti konflik terjadi di Sampit, Ambon dan lain-lain. Dia mengatakan, beberapa catatan tersebut menunjukan bahwa Indonesia potensial muncul kerusuhan berbasis masalah sosial yang tidak selalu diupayakan segera diselesaikan.

"Ini bahaya laten menurut saya dan harus menjadi catatan kita," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement