Selasa 22 Sep 2020 09:37 WIB

Punya Konsumsi Energi Mirip, RI-Rusia Intip Peluang Bisnis

KBRI Moskow mempertemukan pelaku sektor energi Indonesia dan Rusia.

Wakil Duta Besar RI untuk Federasi Rusia dan Republik Belarusia Azis Nurwahyudi
Foto: Dok KBRI di Moskow
Wakil Duta Besar RI untuk Federasi Rusia dan Republik Belarusia Azis Nurwahyudi

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Indonesia dan Rusia ternyata memiliki kemiripan dalam konsumsi energi. Untuk mengintip peluang kerja sama keduanya, Kedutaan Besar RI di Moskow menggelar webinar yang mempertemukan pelaku sektor energi kedua negara, Senin (21/9). 

“Sebagai upaya untuk memanfaatkan potensi yang besar tersebut dan guna mendukung kinerja diplomasi ekonomi, KBRI Moskow menyelenggarakan webinar energi antara pelaku usaha Indonesia dan Rusia,” ujar Wakil Duta Besar RI untuk Federasi Rusia dan Republik Belarusia Azis Nurwahyudi dalam keterangan tertulis kepada Republika.

Webinar kali ini bertema “Memanfaatkan Potensi Kerja Sama Energi Indonesia-Rusia” yang digelar Senin. Sebanyak 85 peserta perwakilan dari pihak pemerintah, pelaku bisnis di sektor energi serta akademisi Indonesia dan Rusia berpartisipasi pada webinar tersebut. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan 70 tahun hubungan Indonesia-Rusia.

Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri RI Ngurah Swajaya menekankan perlunya kolaborasi untuk mendorong diversifikasi pasokan energi. Ini menjadi faktor kunci ketahanan dan kemandirian energi nasional untuk menghadapi ancaman pandemi Covid-19 dan kemungkinan disrupsi lain di masa mendatang.

Pasokan energi di Indonesia dan Rusia selama ini memang masih didominasi oleh energi fosil. “Penggunaan energi fosil yakni migas dan batubara mencakup 69 persen konsumsi energi di Indonesia, hal ini serupa dengan Rusia dimana 75 persen konsumsi energi berasal dari gas dan batubara”, kata Ngurah. 

Wakil Presiden Business Russia Nonna Kagramanyan ikut mendorong kerja sama Indonesia-Rusia di bidang energi. “Rusia merupakan mitra yang tepat bagi Indonesia untuk pengembangan sumber energi alternatif dan energi terbarukan” ujar Nonna.

Webinar ini menghadirkan Kepala Indonesian Investment Promotion Center (IIPC) London Aditia Prasta, pakar energi Indonesia Toronota Tambun, dan Direktur MKS Group Maxim Zargonov. Aditia mengatakan Indonesia juga memiliki kepentingan dalam pengembangan energi terbarukan.

“Indonesia saat ini memiliki target 23 persen energi baru dan terbarukan pada 2025, sesuai dengan amanat Rencana Umum Energi Nasional (RUEN)” sahutnya.

Namun menurut Toronata, Indonesia masih tetap memiliki kebutuhan yang besar pada energi fosil. “Para pelaku usaha Rusia di bidang energi harus memandang ini sebagai peluang untuk melakukan investasi di Indonesia, bukan hanya untuk energi baru dan terbarukan tetapi juga pengembangan energi fosil menggunakan clean technology,” ujarnya.

Menanggapi para pembicara, Direktur Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (Ibeka) Tri Mumpuni, menyatakan pentingnya berinvestasi pada teknologi energi yang berbasis pemberdayaan masyarakat setempat. “Indonesia membutuhkan teknologi pembangkit energi micro-hydro dan micro-geo-thermal untuk dapat dijangkau oleh masyarakat di pulau-pulau terpencil di Indonesia” katanya.

Zargonov yang juga presiden Asosiasi Pembangkit Tenaga Listrik Rusia, mengatakan pihaknya memiliki teknologi pembangkit listrik tersebut dan siap menjalin kerja sama. MKS Group yang dipimpinnya juga telah memiliki beberapa cabang di antaranya di Jerman, Kazakhstan dan Uni Emirat Arab. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement