Selasa 22 Sep 2020 05:59 WIB

BKKBN: Masalah Stunting Diatasi untuk Wujudkan SDM Unggul

Stunting di antaranya karena permasalahan gizi dan kehamilan di usia muda.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo
Foto: Republika/Thoudy Badai
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan permasalahan kekerdilan harus dapat diatasi untuk mewujudkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang unggul. “Stunting bukanlah 'single problem', tetapi masih banyak yang menjadi permasalahan gizi di balik itu salah satunya kehamilan yang terjadi di usia muda," katanya dalam keterangan tertulis di Makassar, Senin (21/9).

Hasto menjadi salah satu narasumber pada webinar FKM Unhas bertema "Perspektif Program Dalam Rangka Penyelamatan 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)".

Baca Juga

Dia menjelaskan perempuan hamil pada usai muda menyebabkan tulang berhenti tumbuh. Kehamilan pada umur 15 atau 16 tahun menyebabkan kalsium yang seharusnya untuk pertambahan panjang tulang, justru disalurkan ke janin sehingga si ibu menjadi pendek (pertumbuhan terhenti) dan anak juga menjadi pendek.

"Olehnya itu periode 1.000 HPK sangat penting dan menjadi prioritas utama yang dimulai 270 hari masa kehamilan hingga 730 hari setelah lahir," ujar Hasto.

Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KP3A) Lenny N. Rosalin menyampaikan isu yang umumnya beredar mengenai kesehatan anak yakni terjadinya kondisi gagal tumbuh kembang. Dia mengatakan pula peran ASI penting bagi tumbuh dan kembang anak, sebab balita yang tidak diberikan ASI ekslusif sejak lahir akan memiliki risiko kekerdilan 4,8 kali dibandingkan dengan balita yang diberikan ASI eksklusif sejak lahir.

Ia juga menjelaskan secara terperinci periode emas dan tumbuh kembang anak dan membaginya ke dalam empat tahap, yaitu prakonsepsi, janin (dalam rahim), neonatus, dan bayi. "Peran keluarga juga harus dioptimalkan sebagai pelopor dalam pencegahan 'stunting' melalui pemberian makanan dengan benar, memberi ASI+MPASI secara tepat, meningkatkan imunitas melalui asupan gizi yang baik, serta penerapan pola hidup sehat. Jika anak sakit, maka pihak keluarga harus segera melapor ke fasilitas pelayanan kesehatan," kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement