Sabtu 19 Sep 2020 01:38 WIB

Kelompok Kaya Diminta Bantu Jutaan Orang Terancam Kelaparan

Kepala Program Pangan Dunia PBB mengajak kelompok kaya berderma di tengah krisis

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Anak-anak di Yaman menderita gizi buruk dan kelaparan karena blokade yang dilakukan koalisi Arab Saudi.
Foto: Ali Ashwal/Save the Children
Anak-anak di Yaman menderita gizi buruk dan kelaparan karena blokade yang dilakukan koalisi Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Kepala Program Pangan Dunia PBB (WFP) David Beasley peringatkan kombinasi perang, pemanasan global, dan pandemi virus corona mengakibatkan jutaan orang berada di jurang kelaparan. Karena itu ia mendesak negara-negara kaya dan para miliuner untuk membantunya memberi makan orang-orang itu.

Pada anggota Dewan Keamanan PBB, Beasley mengatakan respons atas peringatan yang ia sampaikan lima bulan lalu mengenai potensi 'pandemi kelaparan' telah mencegah gelombang kelaparan dan membuat sejumlah orang tetap hidup. Tapi, lanjutnya, usaha itu belum selesai.

Baca Juga

Ia mengatakan WFP dan mitra-mitranya sedang berusaha menjangkau 138 juta orang yang terancam kelaparan tahun ini. "Skala terbesar dalam sejarah kami," kata Beasley, Jumat (18/9).

Namun sebenarnya 'ada sekitar 270 juta orang yang sedang berjalan menuju jurang kelaparan'. Beasley mengatakan saat ini sudah sekitar 30 juta orang yang mengandalkan makanan dari WFP untuk bisa bertahan hidup dan akan meninggal tanpanya.

Ia memperingatkan kelaparan akan meningkat di lebih 30 negara. Kondisi semakin parah di negara-negara yang dilanda perang.

Beasley menyinggung Kongo yang dilanda kekerasan dan instabilitas sehingga memaksa 15,5 juta orang berada di jurang kelaparan. Ia mengatakan kurangnya donor memaksa bantuan untuk memberi makan rakyat Yaman juga dipotong sementara negara itu sedang mengalami bencana kemanusiaan terburuk di dunia.

Pandemi virus corona juga membuat pasokan makanan jutaan orang di Nigeria dan Sudan Selatan menjadi sangat rentan. Ia mengatakan WFP membutuhkan 4,9 miliar dolar AS untuk memberi makan 30 juta orang yang akan meninggal tanpa program bantuan.

"Sudah waktunya bagi mereka yang memiliki paling banyak bangkit, membantu mereka yang paling kekurangan di masa yang paling luar biasa dalam sejarah dunia, di seluruh dunia ada lebih dari 2.000 miliuner dengan total kekayaan 8 triliun dolar lebih," kata Beasley.

Mantan Gubernur South Carolina, Amerika Serikat (AS) itu mengutip laporan media AS. Business Insider melaporkan kekayaaan orang-orang terkaya di AS bertambah 'miliaran dolar' selama pandemi.

Saat pandemi mengakibatkan jutaan rakyat AS kehilangan pemasukan dan pekerjaan, kekayaan pendiri Amazon Jeff Bezos, mantan CEO Microsoft Steve Ballmer, CEO Tesla Elon Musk, pengusaha kasino Sheldon Adelson, dan orang-orang terkaya di AS lainnya justru bertambah.

"Saya tidak menentang orang menghasilkan uang. Tapi kemanusiaan sedang menghadapi krisis yang paling sulit sepanjang sejarah hidup siapa pun. Ini waktunya mereka yang berpunya maju, membantu mereka yang paling kekurangan di masa yang paling luar biasa di sejarah dunia," tambah Beasley.

Ia juga menambahkan langkah-langkah untuk menahan laju penyebaran virus corona juga harus diseimbangkan dengan kebutuhan mempertahankan rantai pasokan makanan dan pergerakan perdagangan lintas perbatasan. Ia khawatir kebijakan karantina virus corona memperburuk masalah seperti mengganggu penyaluran vaksin penyakit lain.

"Ada bahaya besar yang membuat banyak orang meninggal karena konsekuensi ekonomi dan sosial Covid-19 daripada karena virus itu sendiri, terutama di Afrika dan hal terakhir yang kami butuhkan adalah memiliki obat yang lebih buruk daripada penyakit itu sendiri," katanya.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement