Kamis 17 Sep 2020 20:32 WIB

Ancaman China Kian Nyata, Taiwan Minta Bantuan Internasional

Wu menyebut Taiwan ada di garis depan membela demokrasi agar tak diambil China.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Pesawat temur China (ilustrasi).
Foto: EPA-EFE/TAIWAN MINISTRY OF DEFENSE
Pesawat temur China (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Menteri Luar Negeri Taiwan, Joseph Wu, telah menyerukan kepada komunitas internasional untuk membantu Taiwan dari ancaman militer China yang kian meningkat. Permintan ini mempertimbangkan ketakutan akan kemungkinan nyata perang yang terjadi.

"Kami telah berusaha sangat keras dalam beberapa tahun terakhir untuk memperkuat kemampuan pertahanan kami sendiri," ujar Wu dikutip dari The Guardian.

Baca Juga

Komentar Wu menggemakan seruan sebelumnya oleh Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen kepada koalisi negara-negara untuk mengambil sikap melawan agresi otoriter China yang meningkatkan tekanan militer dan ekonomi di wilayah tersebut.  Wu mengatakan kepada France 24 TV bahwa Taiwan berada di garis depan membela demokrasi agar tidak diambil alih oleh komunis Cina.

"Pada saat yang sama kami juga ingin membiarkan masyarakat internasional memahami bahwa Taiwan sebagai negara demokrasi telah terancam oleh China, yang merupakan negara otoriter yang sedang mencoba untuk memperluas pengaruhnya," kata Wu.

Wu mencontohkan tindakan Beijing di Laut China Selatan, Hong Kong, dan diperbatasan yang disengketakan dengan India. "Kami merasa bahwa negara-negara yang berpikiran sama atau sesama negara demokrasi perlu lebih memperhatikan area ini dan saling membantu sehingga motivasi ekspansionis Cina dapat dihalangi," katanya.

Komentar Wu ini muncul sebelum kedatangan Wakil Menteri Urusan Ekonomi Amerika Serikat (AS), Keith Krach, pada Kamis (17/9). Kementerian Luar Negeri Taiwan mengatakan pihaknya percaya kunjungan itu akan memperdalam persahabatan dan memperkuat hubungan antara mitra yang berpikiran sama.

Meskipun Partai Komunis Cina tidak pernah memerintah Taiwan, Beijing menganggap Taiwan sebagai bagian dari daratan. Pemerintah China menuduh pemerintahan yang dipimpin Tsai bagian dari separatisme.

Beijing mempertimbangkan untuk mengambil Taiwan dengan paksa. Dalam beberapa bulan terakhir khususnya, aktivitas militer China menunjukan peningkatan. Wu mengatakan, lebih dari 30 pesawat tentara Pembebasan Rakyat China telah menyeberang ke zona identifikasi pertahanan udara Taiwan baru-baru ini.

Meski AS tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Taiwan, tetapi pemerintahan Presiden Donald Trump semakin mendukung Tapei. "Saya pikir ini adalah pertunjukan kepada pihak China bahwa ancaman militernya terhadap negara-negara cinta perdamaian lainnya tidak akan ditoleransi," ujarnya.

Awal bulan ini, Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, menuduh AS secara langsung mencampuri sengketa teritorial dan maritim di wilayah tersebut, meregangkan otot, dan memperkuat penempatan militernya. "Tindakan seperti itu menjadi faktor terbesar yang memicu militerisasi di Laut China Selatan," kata Wang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement