Kamis 17 Sep 2020 09:14 WIB

Mendag: Neraca Perdagangan Agustus Raih Capaian Tertinggi

Neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2020 mengalami surplus 2,3 miliar dolar AS.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Suasana bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (15/9/2020). Badan Pusat Statistik mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2020 mengalami surplus 2,33 miliar dolar AS dengan nilai ekspor 13,07 miliar dolar AS dan impor 10,74 miliar dolar AS.
Foto: SIGID KURNIAWAN/ANTARA
Suasana bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (15/9/2020). Badan Pusat Statistik mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2020 mengalami surplus 2,33 miliar dolar AS dengan nilai ekspor 13,07 miliar dolar AS dan impor 10,74 miliar dolar AS.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menyatakan, neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2020 mengalami surplus sebesar 2,3 miliar dolar AS. Angka ini merupakan capaian tertinggi ketiga sepanjang 2020, setelah surplus perdagangan pada Juli tercatat sebesar 3,2 miliar dolar AS dan Februari sebesar 2,5 miliar dolar AS.

“Melemahnya permintaan global menekan kinerja ekspor Agustus 2020. Namun, penurunan nilai ekspor yang terjadi relatif rendah dibandingkan penurunan volumenya. Sehingga, hal ini mengindikasikan kinerja ekspor Indonesia masih tertolong dengan harga komoditas global yang relatif baik," ujar Agus melalui keterangan resmi pada Kamis (17/9).

Baca Juga

Surplus neraca perdagangan tersebut, kata dia, turut membantu pergerakan rupiah ke level positif. Ia menjelaskan, neraca perdagangan Agustus 2020 menjadi penopang peningkatan nilai neraca kumulatif periode Januari sampai Agustus 2020 yang mencapai 11,1 miliar dolar AS.

Nilai neraca periode Januari sampai Agustus 2020 hampir menyamai nilai neraca perdagangan Indonesia untuk keseluruhan 2017, yaitu sebesar 11,8 miliar dolar AS. Hal itu merupakan raihan tertinggi neraca perdagangan Indonesia sejak 2012.

“Kesemuanya ini, mengindikasikan kinerja perdagangan Indonesia masih dalam jalur benar mendukung perbaikan kinerja ekonomi nasional di tengah ketidakpastian perekonomian global akibat pandemi Covid-19,” kata Mendag.

Agus menyebutkan, nilai ekspor Indonesia pada Agustus 2020 yaitu sebesar 13,1 miliar dolar AS atau mengalami penurunan 4,6 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan ini terutama terjadi pada ekspor nonmigas, yaitu sebesar 4,4 persen atau senilai 0,6 miliar dolar AS.

Agus menjelaskan, penurunan ekspor nonmigas Agustus 2020 dipicu menurunnya ekspor beberapa komoditas utama Indonesia, seperti lemak dan minyak hewan/nabati, bahan bakar mineral, dan logam mulia, perhiasan/permata.

Penurunan nilai ekspor bahan bakar mineral disebabkan adanya penurunan harga batu bara. Sedangkan penurunan produk lemak dan minyak hewan/nabati dikarenakan adanya penurunan permintaan impor di Tiongkong yang merupakan negara tujuan ekspor produk crude palm oil (CPO) Indonesia.

Sementara, beberapa produk ekspor nonmigas justru mengalami pertumbuhan bulanan yang signifikan, yaitu bijih, terak, dan abu logam (HS 26), barang dari besi dan baja (HS 73), serta kendaraan dan bagiannya (HS 87). Peningkatan nilai ekspor bijih, terak, dan abu logam (26), terutama dipicu oleh lonjakan ekspor biji tembaga dan konsentratnya sebesar 74,92 persen.

“Ekspor bijih, terak, dan abu logam (HS 26) paling banyak ditujukan ke Tiongkok. Berdasarkan negara tujuan, ekspor nonmigas ke Inggris, Vietnam, Taiwan, Italia, dan Thailand juga naik secara signifikan. Optimisme dan sentimen positif dari sisi konsumen dan pelaku usaha di beberapa negara tersebut mendorong adanya peningkatan aktivitas bisnis,” tuturnya.

Mendag mengatakan, secara kumulatif, nilai ekspor nonmigas pada Januari sampai Agustus 2020 mengalami penurunan 4,4 persen dibandingkan periode Januari-Agustus 2019 (year on year/yoy). Sedangkan, volumenya turun lebih tajam hingga 11,7 persen.

Kinerja ekspor Indonesia masih relatif diuntungkan beberapa harga komoditas global yang tidak ikut anjlok. Harga rata-rata kelompok komoditas nonenergi global pada periode Januari sampai Agustus 2020 hanya turun 1,7 persen yoy. Hal itu lebih baik dibandingkan harga kelompok komoditas energi yang turun dalam hingga 34,5 persen yoy.

Agus juga menjelaskan, impor Indonesia Agustus 2020 tercatat sebesar 10,7 miliar dolar AS atau mengalami kenaikan sebesar 2,6 persen dibanding Juli 2020 (month of month/mom). “Kenaikan impor Agustus disebabkan adanya kenaikan impor pada golongan barang konsumsi dan bahan/baku penolong, yaitu masing-masing sebesar 7,3 persen dan 5,0 persen mom. Sedangkan, impor barang modal mengalami penurunan sebesar 8,8 persen,” jelas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement