Kamis 17 Sep 2020 08:34 WIB

Arab Saudi Umumkan Temukan Jejak Kaki Manusia Purba

Arab Saudi mengumumkan penemuan jejak kaki manusia berusia 120.000 tahun

Jejak kaki manusia purba berusia 120 ribu  tahun ditemukan di utara Tabuk, Arab Saudi.
Foto: saudigazette
Jejak kaki manusia purba berusia 120 ribu tahun ditemukan di utara Tabuk, Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Arab Saudi pada Rabu (16/9) mengumumkan penemuan jejak kaki manusia berusia 120 ribu tahun dan predator di wilayah utara Tabuk.

Kementerian Kebudayaan, diwakili oleh Komisi Warisan, mengungkapkan, tim gabungan yang terdiri atas ahli arkeologi Saudi dan internasional, menemukan jejak kaki manusia, gajah, dan hewan pemangsa di sekitar danau kering kuno di pinggiran wilayah Tabuk. Usianya sudah sangat tua, yakni lebih dari 120 ribu tahun dari sekarang.

Dr Jasir Al-Herbish, presiden Komisi Warisan, mengumumkan hal ini dalam konferensi pers yang diadakan di bawah naungan Menteri Kebudayaan Pangeran Badr Bin Abdullah Bin Farhan.

Seperti dilansir laman Saudigazette, Al-Herbish mengatakan, penemuan arkeologi baru dan penting ini merupakan bukti ilmiah pertama dari tempat tinggal manusia tertua di Jazirah Arab. Ini memberikan gambaran langka tentang kondisi kehidupan manusia di bagian dunia ini selama perjalanan dan permukiman mereka.

Berdasarkan hasil survei arkeologi, kata dia, keberadaan ratusan kolam alami di gurun Nafud berkontribusi pada kelangsungan hidup dan reproduksi makhluk hidup dari berbagai jenis.

“Tim mengidentifikasi jejak kaki tujuh manusia, 107 unta, 43 gajah dan jejak hewan lainnya dari ibex, rusa dan keluarga sapi, yang bergerak dalam kelompok dewasa dan keturunan, di samping sekitar 233 fosil yang mewakili sisa-sisa kerangka gajah. dan oryx, ” katanya.

Studi menunjukkan, situs tersebut berisi tujuh lapisan arkeologi, di mana alat-alat batu Acheulean ditemukan, dan alat-alat ini ada di tempat aslinya, dan tidak terpengaruh oleh erosi alami. Situs ini dibedakan dengan adanya industri batu yang maju, termasuk kapak batu, seperti yang dikenal di benua Afrika.

Al-Herbish mengatakan, penemuan ini merupakan salah satu hasil dari proyek ilmiah besar, yaitu Green Arabia Project yang diawasi oleh komisi. Dia mengatakan komisi tersebut bekerja sama dengan Institut Max Planck Jerman, Universitas Oxford, Universitas Australia Queensland, Universitas King Saud, Survei Geologi Saudi dan Saudi Aramco dalam menjalankan proyek tersebut.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement