Rabu 16 Sep 2020 14:47 WIB

Pembantaian Muslim Bosnia Diabadikan Dalam Film Dokumenter

Film dokumenter

Kuburan masal Muslim Bosnia di Sarajevo.
Foto: Anadolu agency
Kuburan masal Muslim Bosnia di Sarajevo.

REPUBLIKA.CO.ID, SARAJEVO, Penganiayaan terhadap Muslim Bosnia yang tinggal di daerah Sandzak pada masa perpecahan Yugoslavia dan proses peradilan politik yang berlangsung selama bertahun-tahun diabadikan dalam sebuah film dokumenter.

Film dokumenter ini juga diadaptasi untuk siaran televisi.

Film dokumenter "Insiden Sandzak" yang dibuat oleh jurnalis Serbia Aleksandar Reljic akan diputar di Festival Dokumenter Internasional (AJB DOC) yang diselenggarakan oleh Al Jazeera Balkans ke-3.

Menerangkan perang di Bosnia pada 1990-an, film dokumentasi yang dibuat Reljic juga menjelaskan peristiwa pengasingan, penyiksaan, proses hukum dan kekejaman terhadap orang Bosnia yang tinggal di wilayah Sandzak, yang berada di dalam perbatasan Montenegro dan Serbia saat ini.

Reljic menyatakan kepada Anadolu Agency bahwa film dokumenter itu merupakan produksi bersama perusahaan Serbia "Core Dox" dan Al Jazeera Balkans.

Film itu menyoroti isu-isu yang diabaikan oleh media pada saat itu, dan sangat sedikit orang yang mengetahui peristiwa di Sandzak saat itu.

Film dokumenter itu, kata Reljic, berkaitan tentang peristiwa Mei 1993 di mana 25 anggota Partai Aksi Demokratik (SDA) ditangkap oleh pasukan Serbia di Sandzak dan 21 orang lainnya ditangkap dalam operasi "Lim" di Montenegro.

Mereka yang ditangkap dalam operasi ini saat itu dituduh sedang mempersiapkan pemberontakan bersenjata, sebut Reljic.

"Ini sebenarnya adalah keadaan yang telah dirancang sebelumnya. Orang-orang yang ditangkap ini disiksa dengan kejam oleh polisi, dan orang-orang ini dipaksa untuk mengatakan apa yang tidak mereka lakukan," imbuh dia.

Seorang tuna netra Bosniak dituduh sebagai penembak jitu

Reljic menuturkan bahwa seseorang warga Bosniak bernama İbrahim Cikic dijatuhi hukuman 2,5 tahun penjara setelah dituduh mengambil bagian dalam aksi perlawanan di Sandzak.

"Cikic dituduh sedang mempersiapkan aksi sebagai penembak jitu. Anehnya, Cikic kehilangan penglihatannya 20 tahun yang lalu," jelas Reljic.

Reljic mengaku bahwa film dokumenter itu akan menimbulkan reaksi negatif di Montenegro dan Serbia.

"Tak satu pun kejahatan yang dilakukan terhadap orang Bosnia di Sandzak dibawa ke pengadilan internasional. Ini adalah bukti bahwa apa yang terjadi di Sandzak dipandang tabu," lanjut dia.

Reljic menambahkan bahwa banyak kejahatan perang yang dilakukan terhadap para Muslim selama perang di Bosnia terutama di daerah Sandzak tidak dihukum.

Dia menekankan bahwa jatuhnya korban pada penyerangan di Sandzak tidak pernah terlupakan."AJB DOC sangat penting bagi para sutradara,'' katanya.

Reljic mengungkapkan festival dokumenter yang menjadi “Mitra Komunikasi Global” Anadolu Agency ini sangat penting bagi sutradara.

Dia menegaskan bahwa Al Jazeera Balkans telah mengambil langkah penting untuk mengembangkan industri film dokumenter di wilayah tersebut.

Mengingat film dokumenter "Enkel" yang dia sutradarai mendapat penghargaan di tahun pertama festival, Reljic mengatakan bahwa film dokumenter ini mengisahkan tentang hubungan antara Eva Mozes Kor, salah satu korban Auschwitz, dengan cucu Komandan Auschwitz Rudolf Hoess.

Tahun ini, tiga penghargaan festival berslogan “Perjalanan” (Voyage) akan dinobatkan dengan pembagian AJB Main Award, AJB Program Award dan Audience Award.

Festival ini akan berlangsung hingga 15 September dan mendorong para penulis naskah film dan dokumenter yang aktif dalam fenomena sosial dengan berfokus pada nilai-nilai kemanusiaan universal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement