Selasa 15 Sep 2020 23:45 WIB

Permintaan Jangkrik di Lebak Meningkat di Tengah Pandemi

Para pembudidaya jangkrik Lebak kewalahan menanggapi tingginya permintaan.

Pekerja memanen jangkrik untuk pakan burung di Desa Kaduagung Timur, Lebak, Banten, Selasa (15/9/2020). Budidaya ternak jangkrik dengan memanfaatkan limbah organik sebagai makanan jangkrik dalam 30 hari dapat dipanen sebanyak 150 kilogram dan dijualnya mulai dari Rp50 ribu hingga Rp70 ribu per kilogram.
Foto: MUHAMMAD BAGUS KHOIRUNAS/ANTARA
Pekerja memanen jangkrik untuk pakan burung di Desa Kaduagung Timur, Lebak, Banten, Selasa (15/9/2020). Budidaya ternak jangkrik dengan memanfaatkan limbah organik sebagai makanan jangkrik dalam 30 hari dapat dipanen sebanyak 150 kilogram dan dijualnya mulai dari Rp50 ribu hingga Rp70 ribu per kilogram.

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Permintaan jangkrik untuk pakan burung berkicau dan ikan hias di Kabupaten Lebak, Banten meningkat di tengah pandemi Covid-19. Para pembudidaya jangkrik di daerah ini kewalahan menangapi permintaan.

"Kami tidak mampu melayani tingginya permintaan konsumen itu," kata Yanto (55), pembudidaya jangkrik, warga Cibadak, Kabupaten Lebak, Selasa (15/9).

Tingginya permintaan jangkrik itu tentu dapat meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat di tengah pandemi Covid-19.

Namun, para pembudidaya jangkrik di Kabupaten Lebak tidak mampu memenuhi permintaan pelanggan.

Kebanyakan pelanggan jangkrik itu dari kalangan pedagang burung dan ikan hias, dan permintaan mereka kini sebanyak 150 kilogram per hari.

Sedangkan, kata dia lagi, pembudidaya jangkrik hanya mampu memenuhi permintaan pelanggan sebanyak 20 kilogram per hari.

Karena itu, para pedagang burung dan ikan hias di Kabupaten Lebak mendatangkan jangkrik dari Tangerang, Serang hingga Jawa Timur.

"Kami hari ini menjual jangkrik ke pelanggan lima kilogram dengan penghasilan Rp250 ribu per hari dari harga Rp50 ribu per kg," katanya menjelaskan.

Begitu juga Erwin (45) mengatakan, dirinya sejak musim kemarau mendapati permintaan jangkrik meningkat tajam, namun tidak mampu memenuhi pelanggan.

"Kami hanya mampu memenuhi permintaan jangkrik sebanyak lima kilogram dengan harga jual Rp 50 ribu per kg," katanya lagi.

Sementara itu, Agus (50), seorang pedagang burung mengaku bahwa dirinya kini terpaksa mendatangkan jangkrik dari luar daerah, setelah pembudidaya lokal tidak dapat memenuhi permintaannya.

Biasanya, kata dia, dirinya membeli jangkrik dari pembudidaya lokal, namun kini permintaan konsumen cenderung meningkat.

"Kami sehari bisa menghabiskan jangkrik sekitar 15 kilogram dengan harga Rp55 ribu per kg," katanya pula.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement