Selasa 15 Sep 2020 15:44 WIB

UGM Dorong Sektor Kehutanan Tingkatkan Produksi Pangan

Luasan hutan saat ini menempati 60 persen seluruh luas daratan Indonesia.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Kampus UGM.
Foto: Wahyu Suryana.
Kampus UGM.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Dr Budiadi mengatakan, pengembangan dan peningkatan produksi pangan nasional dari daya dukung sektor kehutanan masih sangat minim. Padahal, potensi sumber pangan dari hutan sangat beragam.

Apalagi, luasan hutan saat ini menempati 60 persen seluruh luas daratan Indonesia. Selain itu, ia menekankan, jenis-jenis pangan yang ada dalam hutan sangat banyak, tidak cuma bisa jadi sumber makanan pokok.

"Saya kira ini harus bisa dikelola bersama antara pemerintah, swasta dan masyarakat," kata Budiadi, saat mengisi webinar bertajuk Dukungan Sektor Kehutanan untuk Kedaulatan Pangan Nasional.

Ia merasa, pengembangan sumber tanaman pangan area lahan hutan ini potensial dilakukan di area yang ada di luar Jawa. Pasalnya, di luar Jawa lahan area hutan yang dimiliki cukup luas dan subur, tapi belum dikelola dengan baik.

Sedangkan, hutan-hutan di Pulau Jawa yang ada di bawah Perhutani produksi pangannya belum signifikan dan terbatas waktu. Padi, misal, bisa ditanam saat bersamaan periode penanaman hutan, sehingga sangat terbatas.

Senada, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, Dr Agung Hendriadi menilai, hutan bisa dikelola mendukung produksi pangan nasional. Terlebih, data Kementan ada 76 kabupaten masuk rawan pangan pada 2019 lalu.

Padahal, target pemerintah lewat kegiatan evaluasi dan intervensi diharapkan ada penurunan 10 persen saja dari jumlah kabupaten yang rawan pangan itu pada 2024. Umumnya daerah yang potensi rawan pangan justru sekitar hutan.

"Beberapa yang dilakukan pemerintah diantaranya melakukan perluasan area tanam baru, diversifikasi pangan lokal, dan pengembangan pertanian modern. Yang tidak kalah penting, memperkuat cadangan pangan kita," ujar dia.

Guru Besar Fakultas Kehutanan UGM, Prof Moch Naim menambahkan, pengelolaan area hutan sebagai sumber pangan sangat mendesak. Sebab, jumlah populasi penduduk semakin meningkat dan ketersediaan lahan sangat terbatas.

Kemudian, Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) belum aktif, dan banyaknya lahan yang terdegradasi. Salah satu yang perlu didorong meningkatkan produktivitas di bidang kehutanan karena itu merupakan keunggulan komparatif Indonesia.

Mulai iklim, tanah yang mendukung, kualitas SDM sampai teknologi kehutanan. Bahkan, UGM saja sudah mengembangkan teknologi silvikultur, teknik agroforestry, teknik manajemen hutan, dan Integrated Forest Farming System.

"Produktivitas merupakan kunci terwujudnya kelestarian hutan dan sekaligus keamanan kedaulatan pangan," kata Naim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement