Selasa 15 Sep 2020 15:08 WIB

Bukan karena Ekonomi, Erick Ungkap Alasan tidak Lockdown

Dibandingkan dengan negara G20 lainnya, Indonesia masih memiliki posisi sangat baik.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Erick Thohir.
Foto: Kementerian BUMN
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Erick Thohir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri BUMN yang juga Ketua Pelaksana Satgas Covid-19 Erick Thohir mengungkapkan alasan pemerintah tidak mengambil kebijakan kuncitara atau lockdown dalam masa pandemi Covid-19, yakni bukan semata-mata mementingkan sektor ekonomi.

“Pemerintah tidak lockdown bukan suatu keputusan seakan-akan hanya memproteksi kepentingan ekonomi, saya rasa tidak,” kata Erick dalam paparannya pada Kick Off Webinar Series yang bertajuk “Transportasi Sehat, Indonesia Maju” di Jakarta, Selasa (15/9).

Baca Juga

Erick menjelaskan tidak ada satu negara pun yang memiliki formula dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini. “Tidak ada negara yang punya formula dengan pemulihan ekonomi. Formula masing-masing negara sangat berbeda karena belum pernah terjadi seperti ini, kesehatan berdampak kepada dunia usaha dan moneter,” katanya.

Dibandingkan dengan negara G20 lainnya, seperti Amerika Serikat, Prancis dan Italia, Erick menilai Indonesia masih memiliki posisi yang sangat baik. “Kalau kita lihat negara-negara G20 lainnya apakah India minus 23 persen, Inggris, Prancis Amerika Serikat, kita dalam posisi sangat baik. Dibandingkan Aisa Tenggara juga sama seperti itu jika dibandingkan Malaysia, Filipina Singapura, Thailand dan lainnya,” ujarnya.

Untuk itu, dia mengatakan tahun ini harus fokus terlebih dahulu ke sektor kesehatan dengan melaksanakan protokol kesehatan, seperti memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak. “Kalau melihat tren ini, maka ini timeline yang disepakati komite tidak bisa dibalik-balik. Testing, tracing, treatment sebuah keharusan,” katanya.

Ia berharap vaksinasi secara masif dan agresif bisa mulai dilakukan tahun depan yang beriringan dengan stimulus investasi yang juga akan bergerak. “Kalau vaksin diharapkan dimulai awal tahundepan ya tentu bagaimana investasi stimulus ekonomi terus berjalan seiring tanpa melupakan bantuan produktif. Kita berharap nantinya sudah banyak riset menyatakan pertumbuhan ekonomi tahundepan kita lihat Indonesia bisa kembali positif. Tetapi kalau tumbuh benar-benar sebelum Covid baru kuartal I 2022,” katanya.

Setelah Indonesia Sehat berhasil dicapai, lanjut Erick, maka langkah selanjutnya adalah Indonesia Tumbuh.

“Nomor 1 adalah prioritas Indonesia sehat. Kita enggak pernah bicara Indonesia tumbuh kalau Indonesia sehatnya tidak berjalan baik. Kita tidak bicara Indonesia bekerja kalau Indonesia tidak fokus kepada kesehatan. Karena itu prioritas rakyat aman dari Covid-19 dan tentu reformasi layanan kesehatan jadi penting,” katanya.

Erick menilai pandemi Covid-19 menjadi kesempatan untuk mereformasi sistem kesehatan atau transformasi untuk ekonomi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement