Selasa 15 Sep 2020 15:05 WIB

Normalisasi UEA-Israel Tingkatkan Tekanan pada Iran

UEA dan Israel diyakini akan meningkatkan kerja sama intelijen melawan Iran

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Bendera Iran.
Foto: Wikipedia
Bendera Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI -- Kesepakatan normalisasi hubungan antara Uni Emirat Arab (UEA) dan Israel dapat meningkatkan konsekuensi negatif bagi Iran. Hal itu diisyaratkan dengan kehadiran utusan khusus Departemen Luar Negeri untuk Iran, Brian Hook ketika Presiden Donald Trump mengumumkan normalisasi UEA-Israel di Gedung Putih. 

Hook kemudian mengundurkan diri dan digantikan oleh Elliott Abrams, seorang pro-Israel yang memperkuat kecurigaan Teheran bahwa pemerintah AS bermaksud untuk meningkatkan tekanan pada Iran. Kesepakatan normalisasi itu terjadi beberapa hari setelah ledakan besar di Beirut. 

Baca Juga

Menurut tokoh Iran, ledakan itu adalah bagian dari operasi Israel untuk melumpuhkan Hizbullah. Hal itu memicu kekhawatiran di Teheran bahwa "Poros Perlawanan" yang dipimpin oleh Iran telah mendapatkan pukulan ganda.

Dilansir Middle East Monitor, Selasa (15/9), kepala intelijen Israel telah melakukan kunjungan ke UEA beberapa hari setelah kesepakatan normalisasi. Kunjungan itu secara luas diyakini bahwa UEA dan Israel akan meningkatkan kerja sama intelijen untuk melawan Iran dan Houthi di Yaman. 

Kekhawatiran utama Teheran adalah pengiriman jet tempur F-35 buatan AS ke UEA sebagai bagian dari kesepakatan normalisasi. Jika pesawat tempur itu telah dikirim, maka dapat memperburuk masalah keamanan Iran. 

Menurut seorang profesor ilmu politik yang berbasis di Teheran, normalisasi UEA-Israel bersifat multidimensi dan memiliki komponen keamanan yang kuat. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika pejabat tinggi Iran mengutuk keras normalisasi UEA-Israel dan menyebutnya sebagai pengkhianatan. 

"Perjanjian UEA dengan Israel bersifat multidimensi dan memiliki komponen 

keamanan yang kuat yang menunjukkan masuknya Israel dalam kalkulus keamanan kawasan. Itu sama saja dengan guncangan sistemik pada struktur keamanan regional," ujar profesor yang tidak mau disebutkan namanya. 

Profesor itu memperkirakan ada kemunduran hubungan UEA dan Iran yang sangat signifikan dalam waktu dekat. Hal ini akan menghapus hubungan bilateral antar kedua negara. Surat kabar Iran yang konservatif dan berpengaruh, Kayhan menggambarkan UEA sebagai "target yang sah" untuk Poros Perlawanan. 

Dalam jangka pendek, tidak ada yang dapat menjamin keputusan yang diambil UEA untuk menormalisasi hubungan dengan Iran bisa menghilangkan keraguan Iran. Hubungan antara Iran dan UEA diprediksi akan semakin memburuk jika keduanya tidak kembali kepada pijakan yang sehat. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement