Senin 14 Sep 2020 23:06 WIB

Sumur Zamzam Pernah Kering, Apa Penyebabnya?

Fasilitas penampungan air zamzam tersebut sangat besar dan dilengkapi ratusan kran.

Sumur Zamzam Pernah Kering, Apa Penyebabnya? Foto: Sumur Zamzam
Foto: Abdullahshahgazi
Sumur Zamzam Pernah Kering, Apa Penyebabnya? Foto: Sumur Zamzam

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Mukjizat yang diturunkan Allah SWT melalui Siti Hajar dan putranya, Ismail, hingga kini masih terus memancarkan keajaibannya. Sumur itu berupa sumur yang memancarkan air zam-zam. Air yang dipancarkan oleh sumur itu, seakan tak lekang oleh zaman.

Setiap jamaah yang datang ke Masjidil Haram akan dapat minum air zamzam kapan pun diinginkan. Ratusan tong air berisi air zamzam banyak tersedia di seputar masjid, baik di setiap sudut ruangan, di dekat tempat thawaf, di samping tangga halaman utama, di lorong masjid, di pinggir lintasan sa'i, hingga ke lantai dua.

Adapun sumur zamzam itu sendiri, terletak kira-kira 11 meter dari Kabah. Sebelumnya, di atas sumur terdapat bangunan seluas 88 m2. Akan tetapi sejak tahun 1388, bangunan tersebut dirobohkan untuk memperluas tempat thawaf.

Tempat mengambil air zam-zam pun berpindah lokasi, yakni ke ruang bawah yang untuk mencapainya harus melalui 23 anak tangga. Kemudian tahun 1953, mulai dibangun pompa air guna menyalurkan air ke bak penampungan serta ke kran-kran air yang ada di seputar masjid.

Kedalaman sumur itu diketahui sekitar 30 meter. Sementara jarak permukaan air dengan bibir sumur adalah empat meter. Sedangkan diameter sumur berkisar antara 1,46 meter hingga 2,66 meter. Penelitian menunjukkan, mata air zamzam bisa memancarkan air sebanyak 11-18 liter air per detik. Dengan demikian, setiap menit akan dihasilkan 660 liter air. Dari mata air itu, terdapat celah ke arah Hajar Aswad sepanjang 75 cm dan tinggi 30 cm yang menghasilkan banyak air.

Oleh sebab itu, jamaah yang sedang berada di Masjidil Haram tak perlu khawatir tidak kebagian air zamzam. Jamaah bisa minum sepuasnya kapan saja. Pihak pengelola masjid menyediakan gelas plastik di setiap tong dan kran air, yang setelah minum bisa langsung dibuang ke tempat sampah.

Saking banyaknya fasilitas penyedia air zamzam, membuat pemerintah Kerajaan Arab Saudi membentuk petugas yang khusus mengurusi pemeliharaan fasilitas air zamzam. Mereka siap mengganti dan memperbaiki apabila ada kerusakan.

Karenanya, petugas ini tidak pernah jauh dari lokasi kran air zamzam, sambil membawa peralatan maupun persediaan gelas plastik. Jamaah juga bisa membawa air zamzam ke pemondokan, dengan menggunakan botol air mineral, jerigen ukuran besar maupun kecil, atau bahkan dengan kantong plastik.

Di Makkah, sebagian orang menjadikan air zamzam sebagai bisnis yang menghasilkan uang. Mereka umumnya menjual jerigen air berbagai ukuran dengan harga bervariasi, antara 1-10 riyal. Ada pula yang menjual yang jirigen yang sudah diisi air zamzam, dan harganya tinggal akan ditambah 1 riyal.

Setiap tahun, utamanya ketika musim haji tiba, akan nampak antrean jamaah yang ingin mengisi air zamzam ke dalam jerigen di kran-kran air yang berada di halaman luar masjid. Dengan banyaknya antrean, akan cukup lama bagi seseorang untuk dapat giliran mengisi air.

Oleh sebab itu, pihak Kerajaan Saudi lantas membuat fasilitas penampungan air zamzam di luar komplek Masjidil Haram. Saluran air itu dibangun untuk menyalurkan air zamzam ke penampungan yang berada di kawasan Qudai, sekitar 6 kilometer dari Masjidil Haram.

Fasilitas penampungan air zamzam tersebut sangat besar dan dilengkapi dengan ratusan kran air. Dari sinilah, air zamzam ditampung dalam jerigen besar dan didistribusikan ke Jeddah, Madinah serta kota-kota lain. Pada masa lalu, saat kesucian Masjidil Haram tercemari oleh kemusyrikan satu kabilah bernama Jurhum, sumur air zamzam itu pernah kering dan perlahan sumurnya tertutup. Sumur zamzam pun hilang selama beberapa abad lamanya.

Hingga pada suatu malam, kakek Rasulullah, Abdul Muthalib, bermimpi didatangi suara gaib yang menyuruhnya menggali sumur zamzam kembali. Paginya, Abdul Muthalib menggali sumur tersebut dan mengalirlah air zamzam itu kembali.

 

*Artikel ini pernah dimuat di Harian Republika, Jumat, 15 Desember 2006

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement