Senin 14 Sep 2020 16:40 WIB

Haedar: Elite Hentikan Pertikaian dan Utamakan Kebersamaan

Ini saatnya persatuan Indonesia diutamakan dengan jiwa besar kebersamaan.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agus Yulianto
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Haedar Nashir mengingatkan, agar semua mau menahan diri dari hal-hal meresahkan. Terutama, pada masa pandemi dan kehidupan kebangsaan yang banyak masalah seperti kini.

Dia meminta, semua elemen bangsa bisa bersama-sama menciptakan ketenteraman, kedamaian dan persatuan. Hadapi pandemi yang belum berakhir dan cenderung naik dengan korban meningkat, termasuk para dokter dan tenaga kesehatan.

"Memecahkan masalah bangsa diperlukan suasana bersatu, damai, dan kondusif. Jika centang-perenang dan saling hujat maupun menjatuhkan, maka Indonesia semakin berat beban dan akan mengalami krisis," kata Haedar, Senin (14/9).

Untuk itu, Haedar meminta, pemerintah, DPR, lembaga yudikatif, TNI dan POLRI, serta semua lembaga kenegaraan maupun segenap komponen bangsa penting saling berintrospeksi diri. Seraya terus melakukan dialog dan merajut kebersamaan. 

 

Haedar mengingatkan, pandemi dan masalah bangsa tidak bisa diselesaikan satu pihak, tapi harus niscayakan kebersamaan dan persatuan nasional yang kokoh. Perbaiki langkah yang salah atau keliru tanpa rasa kuasa dan benar sendiri.

Menurut Haedar, ini saatnya persatuan Indonesia diutamakan dengan jiwa besar kebersamaan dan saling koreksi secara rendah hati dan tanggung jawab. Haedar menekankan, ini masih suasana pandemi Covid-19 yang memiliki beragam dampak.

"Kedepankan persatuan dan bermusyawarah sebagaimana jiwa sila ketiga dan keempat Pancasila," ujar Haedar.

Dalam situasi berat, ia meminta pejabat negara dan elit bangsa menghentikan pernyataan-pernyataan dan langkah-langkah atau aksi-aksi kontroversi. Itu cuma memanaskan situasi dan timbulkan pertikaian pandang tidak berkesudahan.

"Memancing emosi publik, menciptakan kegaduhan, serta mengakibatkan keretakkan dan polarisasi di tubuh bangsa Indonesia," kata Haedar.

Terakhir, Haedar meminta agar setiap elite mengutamakan yang terpenting dari yang penting, meninggalkan yang tidak penting dan menambah masalah. Hindari segala kemudaratan yang membawa kerugian bagi kehidupan bangsa dan negara. 

"Negara maupun warga negara jangan memaksakan kehendak yang akhirnya mengakibatkan keretakkan, keresahan, kerusakan dan ancaman kehancuran bagi masa depan kehidupan berbangsa dan bernegara," ujar Haedar.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement