Senin 14 Sep 2020 09:04 WIB
Cerita di Balik Berita

Diremehkan Narasumber Angkuh: IP Kamu Berapa?

IP Anda berapa. Anda lulusan mana sih, gini aja nggak paham?

M Subroto, Jurnalist Republika
Foto:

Kantor setuju akan mewawancarai Mr M. Tim Republika terdiri dari redaktur Yosrizal Supriaji, fotografer Nonang MR, reporter Ratu Ratna Damayanti, dan aku. Yang akan ditanyakan adalah seputar perkembangan kepariwisataan Indonesia di tengah krisis moneter.

Saat wawancara, pertanyaan kami ajukan berganti-ganti. Tapi aku merasa jawaban-jawaban yang diberikan Mr M tidak logis. Misalnya, dia berjanji mendatangkan 20 juta wisatawan ke Indonesia.

“Dalam kondisi normal saja jumlah wisatawan yang berkunjung ke Indonesia hanya 6 juta, bagaimana mungkin saat krisis moneter ini kita bisa mendatangkan 20 juta wisatawan? Menurut saya itu tidak logis. Bagaimana strateginya Pak?” cecarku.

Tak diduga, Mr M tersinggung dengan pertanyaan itu. Mungkin dia tidak suka idenya dibantah oleh seorang reporter bau kencur. “Anda yang tidak logis,” cetusnya.

Dia terus memberikan argumen. Aku tak mau kalah membalas argumennya dengan data-data yang kupunya. Dia terlihat makin jengkel. Mukanya memerah. Dan keluarlah pertanyaan andalannya yang memojokkan.

“Anda ini tidak paham-paham, IP Anda berapa?”

“Di atas tiga, Pak,” jawabku mantap.

Mr M terlihat kaget. Kalau IP ku jongkok, sudah habislah dihinanya.

Tapi dia melanjutkan dengan serangan kedua. “Anda lulusan mana sih, gini aja nggak paham?”

“UGM, Pak,” jawabku tenang.

Aku sudah menduga pertanyaan itu akan muncul. Dan sudah siap jawabannya.

Dia makin kaget. Mungkin dia akan menundukkanku dengan pertanyaan lanjutan yang menghinakan. Tapi kali ini dia kena batunya. Dia juga lulusan UGM.

Mr M terlihat makin gusar. Suasana hening. Serba tidak enak. Seandainya cuma wawancara sendirian, sudah pasti aku tinggal pergi dia.

Tapi untunglah Yosrizal yang lebih dewasa dan berpengalaman, bisa mencairkan suasana. Wawancara masih dilanjutkan. Aku tak lagi membantah apa yang disampaikan Mr M, kendati banyak hal yang menurutku tak masuk akal.

Beberapa hari setelah wawancara, pihak humas berkali-kali menanyakan kapan akan ditayangkan hasilnya. Aku sampaikan ke humas, bahwa kami adalah wartawan, bukan anak buah menteri. Jadi Mr M jangan seenaknya memperlakukan orang lain.

Hasil wawancara itu akhirnya dimuat juga dalam tulisan kecil di rubrik Ihwal. Tidak dalam tulisan panjang seperti rencana sebelumnya. Yang mengagetkan, fotografer Nonang sengaja memasang foto Mr M sebagai pelengkap tulisan itu dengan ekspresi lagi marah. Di foto itu mata Mr M mendelik, kedua tangannya diangkat seakan hendak mencengkram orang di depannya.

Aku yakin Nonang punya foto lain yang lebih bagus dan elegan. Tapi dia kesal juga rupanya.

Tips wawancara dengan narasumber angkuh

- Pelajari materi yang akan diwawancara

- Ketahui tentang latar belakang narasumber  

- Pahami kebiasaan narasumber termasuk kesukaan dan ketidaksukaannya

- Baca buku-bukunya bila dia seorang akademisi

- Buatlah panduan pertanyaan

- Tidak boleh terlambat dari waktu yang dijanjikan

- Jangan mendebat narasumber kendati tidak setuju dengan pernyataannya

- Jangan lupa merekam dan mencatat isi wawancara.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement