Ahad 13 Sep 2020 08:59 WIB

Pengamat Intelijen: Intelsus Rajawali Bukan Pasukan Khusus

Menurut Nuning, BIN tak kalah dengan MI6, CIA, Mossad, CSIS, dan MSS.

Logo baru Badan Intelijen Negara (BIN) yang bermarkas di Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jaksel.
Foto: Dok
Logo baru Badan Intelijen Negara (BIN) yang bermarkas di Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jaksel.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beredarnya video atraksi yang menyebut pasukan khusus Rajawali milik Badan Intelijen Negara (BIN) perlu dikoreksi. Pengamat intelijen dan militer Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati menuturkan, sebagaimana diketahui dalam Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2011 tentang Intelijen Negara yang menyebut Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) sebagai pemasok sumber daya manusia (SDM) utama untuk BIN.

Oleh karenanya, menurut Nuning, STIN terus mengembangkan pendidikan serta pelatihan untuk mencapai tujuan agar BIN dapat mencapai kemampuan intelijen berkelas dunia. Nuning menegaskan, intelijen khusus (intelsus) Rajawali bukan pasukan khusus, namun taruna/taruni dan para agen lulusan STIN dan Seno (BIN) yang terpilih dididik untuk memiliki kemampuan intelsus, termasuk kemampuan intelijen tempur (intelpur).

Mereka nantinya yang dikirim ke tempat penugasan melaksanakan operasi intelijen penting memiliki kemampuan dalam menghadapi ancaman. "Jangan sampai suatu ketika saat hadapi kelompok bersenjata tak paham mengatasinya. Contohnya di Papua yang memiliki titik wilayah gawat (red spot)," ujar Nuning saat dikonfirmasi Republika, Ahad (13/9).

Dengan pertimbangan ancaman dan medan tugas yang akan dihadapi di Papua tersebut, Nuning menambahkan, mereka perlu dibekali kemampuan intelsus dan intelpur sehingga lebih siap pada saat bergabung dengan satgas TNI/Polri yang ada di sana. Nuning menyebut, seharusnya masyarakat bangga siswa STIN memiliki soft skill yang hebat.

Siswa STIN pantas dan harus memiliki keterampilan, seperti ahli bela diri, siber, dan keahlian forecasting, dan lain-lain. Nuning menyatakan, keahlian seperti itu diperlukan kelak ketika mereka terjun di lapangan. "Hal ini menunjukan intelijen kita tidak kalah dengan 11 badan Intelijen terbaik dunia, seperti MI6, CIA, GRU, DGSE, ISI, Mossad, CSIS, BND, ASIS, R&AW, dan MSS China yang hebat," ucap mantan anggota Komisi I DPR ini.

Apalagi, Nuning melanjutkan, akan ada kedeputian baru di BIN yang membidangi aparatur sipil negara (ASN). Kedeputian baru tersebut juga harus memiliki tenaga-tenaga ahli di bidang psikiatri dan psikologi forensik yang paham tentang ilmu perilaku atau profiling, serta sosiolog yang memahami perilaku sosial aparatur negara.

Dia pun berharap, pro kontra yang muncul terkait pasukan Rajawali semoga bisa menjadikan BIN semakin kuat dan profesional. "Negara tangguh bila Intelijennya kuat. Era kepemimpinan Jenderal Polisi Prof Budi Gunawan banyak kemajuan dicapai terutama pengembangan SDM dan teknologinya," ucap Nuning.

Sebelumnya dalam video yang viral di media sosial, BIN menampilkan atraksi pasukan khusus bernama Rajawali. Pasukan khusus dengan senjata laras panjang tersebut beratraksi saat Inaugurasi Peningkatan Statuta STIN di Plaza STIN, Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (9/9). Berarti, pasukan khusus kini tidak hanya milik TNI dan Polri saja, melainkan juga dari BIN.

Hadir dalam acara itu Kepala BIN Jenderal (Purn) Budi Gunawan, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Bambang Soesetyo, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Puan Maharani, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Ketua Komisi I DPR Meutya Hafi, dan Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Sakti Wahyu Trenggono.

Selain itu, hadir Danjen Kopassus Mayjen I Nyoman Cantiasa (kini menjadi Pangdam Kasuari), Komandan Korps Marinir Mayjen Mar Suhartono, Komandan Korps Paskhas Marsda Eris Widodo, dan Komandan Korps Brimob Irjen Anang Revandoko, serta eks kepala BIN Jenderal (Purn) AM Hendropriyono. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement