Ahad 13 Sep 2020 04:30 WIB

1 dari 5 Remaja Positif Covid-19 di AS Masuk ICU

Dari 3.222 remaja positif Covid-19 di AS, 10 persen di antaranya butuh ventilator.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Reiny Dwinanda
Robert Livingstone, pemuda asal Tennessee, Amerika Serikat, mengunggah fotonya di Facebook saat dalam perawatan akibat Covid-19.
Foto: Facebook
Robert Livingstone, pemuda asal Tennessee, Amerika Serikat, mengunggah fotonya di Facebook saat dalam perawatan akibat Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Setidaknya satu dari lima remaja di Amerika Serikat (AS) harus masuk ke ruang perawatan intensif (ICU) akibat infeksi virus SARS-CoV-2 alias Covid-19. Mereka berisiko mengalami kerusakan serius dan permanen pada kesehatan mereka.

Seperti diwartakan Fox News, Sabtu (12/9), Harvard University sampai pada kesimpulan tersebut setelah mengamati 3.222 remaja positif Covid-19 yang membutuhkan perawatan di rumah sakit. Mereka berada di rentang usia 18 hingga 34 tahun.

Baca Juga

Data menunjukan bahwa 10 persen dari mereka yang dirawat membutuhkan ventilator atau alat bantu pernapasan. Sebesar tiga persen lainnya membutuhkan perawatan berkelanjutan di fasilitas pengobatan pasca-akut setelah virus dibersihkan dari tubuh mereka.

Sementara itu, 2,7 persen dari jumlah pasien tersebut berakhir meninggal dunia. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di AS belum lama  ini mengumumkan bahwa tingkat infeksi pada anak-anak berusia 17 tahun ke bawah juga terus meningkat.

"Mengingat tingkat infeksi Covid-19 yang meningkat tajam pada remaja, temuan ini menggarisbawahi pentingnya tindakan pencegahan infeksi pada kelompok usia ini," kata tim peneliti.

Dalam lain kasus setidaknya tercatat enam guru di AS meninggal dunia ketika anak-anak kembali ke sekolah begitu pemerintah melonggarkan pembatasan kesehatan. Selain itu, kembali ke kampus telah memicu wabah yang bergerak cepat dan memaksa ribuan anak muda untuk mengisolasi diri.

Pada Agustus lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa remaja muncul sebagai penyebar utama virus di banyak negara. WHO mengatakan, hal itu terjadi di Asia di mana lonjakan kasus terjadi pada warga yang cenderung lebih muda.

"Orang-orang berusia 20-an, 30-an, dan 40-an semakin mendorong penyebaran virus," kata Direktur Regional Pasifik Barat WHO, Takeshi Kasai.

Dia mengungkapkan bahwa epidemi sedang berubah. Peneliti Harvard menemukan bahwa beberapa kondisi yang sudah ada sebelumnya lebih umum di antara pasien remaja yang telah dirusak oleh virus atau meninggal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement