Jumat 11 Sep 2020 21:55 WIB

Masjid At-Taqwa Sebuah Masjid Berkubah Unik

Kubah masjid ini menarik perhatian. Bentuknya lonjong sehingga terlihat tak lazim.

Masjid At-Taqwa, Srengseng Sawah, Jakarta.
Foto: Republika/Rakhmawaty La’lang
Masjid At-Taqwa, Srengseng Sawah, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Awan hitam menggelayut di atas langit di salah satu sudut selatan Jakarta. Di saat yang sama, tak tampak lagi keramaian di dalam Masjid At-Taqwa Srengseng Sawah, Jakarta Selatan. Pada jeda waktu antara Ashar dan Maghrib dalam suasana petang yang mendung, di dalam masjid itu hanya terlihat beberapa orang yang beribadah. Mereka shalat sendiri-sendiri, tak berjamaah.

Tapi, kedatangan saya ke masjid ini sesungguhnya bukanlah karena senja yang tengah muram. Tampilan luar masjid meringankan langkah untuk singgah, menggugah rasa ingin tahu. Dari sisi jalan yang hanya dibatasi oleh anak Sungai Ciliwung, kubah masjid ini terlihat menarik perhatian. Tampilannya terlihat tak lazim. Bentuk kubahnya bulat lonjong. Bentuk semacam ini terlihat sangat berbeda dengan bentuk kubah umum yang terbiasa berbentuk bulat setengah lingkaran, silinder, maupun berbentuk bawang.

Tampilan kubah yang tak lazim itu terlihat menawan karena disajikan dengan warna putih keabu-abuan. Di antara tubuh kubah tersebut terhias permainan tulang vertikal. Tulang-tulang tersebut ditampilkan dalam bentuk garis setebal sekitar satu jengkal tangan orang dewasa. Garis-garis tulang itu kemudian menyatu di bagian tengah kubah pada bagian atasnya.

Kubah yang berada di masjid ini hanya ada satu. Letaknya di posisi tengah dari bangunan masjid. Tak salah jika kemudian kubah inilah yang menjadi daya tarik utama dari bagian eksterior. “Kubahnya memang sengaja dibuat secara khusus agar terlihat unik,” kata H Sofyan Abdul Halim, Ketua Takmir Masjid At-Taqwa.

Sementara itu, dalam menunjang bagian kubah tersebut terlihat dari sisi jalan bagian jendela. Jendela-jendela masjid itu memiliki topi yang menutup ketiga sisi jendela. Topi tersebut berasal dari hasil cetakan selebar jarak tangan hingga siku orang dewasa.

Sebagaimana fungsi utamanya, jendela tersebut sesungguhnya berperan sebagai ventilasi udara dan cahaya yang masuk ke masjid. Tapi, bentuk kubahnya disajikan menjadi tidak terlihat monoton. Pada bagian tengah jendela dihiasi lagi dengan permainan garis-garis geometris yang saling berulang dan berkait. Bagian ini berasal dari bahan cetakan material glassfiber reinforced cement (GRC).

Lalu, untuk menghiasi lubang jendela, terdapat lis berbentuk kotak. Lis tersebut berwarna kuning emas. Pada bagian tengahnya menampilkan permainan garis melengkung yang juga dibuat secara berulang layaknya sebuah motif batik. Ketika melangkah ke areal parkiran, semakin jelas terlihat ornamen penghias yang ada di masjid itu. Ornamen hias itu umumnya menjadi ciri utama dari bangunan modern minimalis masa kini.

Selain itu, ketika hendak masuk, jamaah akan melewati pintu kayu yang memiliki dua anak pintu. Daun pintu pun juga tak lepas dari tampilan ukiran khas Jepara. Dengan pilihan warna cokelat muda, daun pintu ini kemudian menjadi terlihat sangat kontras jika dibandingkan dengan cat bangunan yang berwarna abu-abu.

Setelah berada di dalam masjid, barulah diketahui jika bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.335 meter persegi ini memiliki dua lantai. Lantai keduanya dikemas dalam bentuk balkon atau lantai mezanin. Artinya, lantai kedua pada bagian masjid ini hanya menyisakan ruang kosong seperempat bagian di sisi depan. Bagian lainnya berupa lantai yang digunakan sebagai ruang untuk tempat beribadah.

Fokus dan konsentrasi

Saat kita berada di dalam masjid ini, tampaklah bahwa sebenarnya tak banyak permainan ornamen yang menghias bagian interiornya. Bahkan, kubah bagian dalam dibiarkan terlihat bersih. Satu-satunya kemewahan yang tersaji di bagian interior itu, lampu gantung yang berada di bawah kubah masjid.

Ornamen penghias lainnya, seperti kaligrafi berbahasa Arab, ternyata tidak terlihat terlalu banyak di masjid ini. Kaligrafi bertulis Allah dan Muhammad hanya terpajang di tembok bagian mihrab. Itu pun tak terlalu terlihat menonjol karena memiliki warna yang hampir sama dengan warna dindingnya. “Kami sengaja tidak menghadirkan kaligrafi yang dominan di masjid ini karena ingin membuat jamaah bisa fokus dan konsentrasi dalam beribadah,” kata Sofyan yang juga menjadi Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Jagakarsa.

Untuk bagian mihrab, tampilan yang menonjol hanyalah dinding berlapis material marmer. Warnanya juga dipilih lebih gelap. Selain itu, pada bagian dalam mihrab dipilih marmer berwarna yang lebih terang. Pada bagian mihrab ini dihadirkan dua pilaster, yakni pilar yang menempel dengan dinding masjid. Bentuk pilasternya bulat seukuran langit-langit lantai dasar masjid. Sedangkan, tersambung di atasnya, yaitu pilaster berbentuk kotak. Sayangnya, dengan hadirnya dua jenis pilaster tersebut justru memberikan kesan kaku pada bagian mihrab.

 

*Artikel ini telah dimuat di Harian Republika, Minggu, 03 Nopember 2013

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement