Sabtu 12 Sep 2020 00:27 WIB

Buku Anak Bertema Gay Picu Perdebatan di Taiwan

Aktivis menilai pemerintah sedang merongrong nilai-nilai pernikahan heteroseksual

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Anak membaca (ilustrasi). Buku anak bertema gay picu perdebatan di Taiwan. Ilustrasi.
Anak membaca (ilustrasi). Buku anak bertema gay picu perdebatan di Taiwan. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI - Sebuah buku anak-anak bertema gay tentang dua pangeran yang jatuh cinta dan menikah telah memicu protes dari para orang tua di Taiwan. Protes terjadi setelah buku itu dimasukkan ke program membaca yang didukung pemerintah.

King & King, aslinya diterbitkan dalam bahasa Belanda, berkisah tentang seorang pangeran muda yang diminta oleh ibunya untuk menikahi seorang putri tetapi kemudian jatuh cinta kepada pangeran lain. Versi China dari buku itu ditambahkan ke daftar buku yang pada bulan ini didistribusikan pemerintah kepada siswa berusia enam dan tujuh tahun di Taiwan. Tahun lalu Taiwan menjadi tempat pertama di Asia yang mengizinkan pernikahan sesama jenis.

Baca Juga

Skema membaca merupakan bagian dari program ekstrakurikuler yang bertujuan menumbuhkan kecintaan membaca dan tidak wajib di sekolah. Meskipun demikian, langkah tersebut memicu protes di luar kementerian pendidikan pekan ini.

"Ini adalah upaya mencuci otak. Pemerintah sedang mencoba merongrong nilai-nilai pernikahan heteroseksual," kata Tseng Hsien-ying, presiden Koalisi untuk Kebahagiaan Generasi Berikutnya, sebuah kelompok yang menentang pernikahan sesama jenis.

"Ini membingungkan anak-anak kami," katanya kepada Thomson Reuters Foundation melalui telepon pada Jumat, seraya menyeru agar buku itu ditarik.

Kementerian pendidikan Taiwan membela keputusan tersebut di media sosial. Kementerian menyatakan bahwa buku itu akan membantu anak-anak untuk "mengenali dan menghormati perbedaan", dan mempromosikan masyarakat yang beragam.

Kelompok advokasi LGBT +, Asosiasi Hotline Tongzhi Taiwan, menyerukan penerimaan. Mereka juga mengatakan survei menunjukkan setengah dari kaum gay menyadari orientasi seksual mereka di tingkat sekolah dasar tetapi harus menyembunyikannya.

"Kami tidak bisa begitu saja mengabaikan keberadaan kaum muda LGBT +," kata badan amal yang berbasis di Taipei itu dalam sebuah pernyataan.

Pernikahan sesama jenis dilegalkan di Taiwan pada pertengahan 2019 setelah parlemen pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu mengesahkan undang-undang bersejarah, yang memperkuat reputasinya sebagai mercusuar liberalisme di Asia.

Meskipun demikian, sikap konservatif sosial secara umum masih berpengaruh. Mereka yang menentang pernikahan sesama jenis mengatakan bahwa pernikahan seperti itu dapat menghancurkan masyarakat dan institusi keluarga.

sumber : Thomson Reuters Foundation
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement