Jumat 11 Sep 2020 10:06 WIB

Perusahaan Jepang Berencana Pangkas Belanja Modal 6,8 Persen

Perusahaan Jepang memprediksi laba berulang akan turun 23,2 persen.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolandha
Perusahaan Jepang berencana memangkas belanja modal sebesar 6,8 persen pada tahun fiskal yang berakhir pada Maret 2021. Rencana ini disampaikan dalam survei kuartalan Kementerian Keuangan yang ditunjukkan pada Jumat (11/9).
Foto: EPA-EFE/KIMIMASA MAYAMA
Perusahaan Jepang berencana memangkas belanja modal sebesar 6,8 persen pada tahun fiskal yang berakhir pada Maret 2021. Rencana ini disampaikan dalam survei kuartalan Kementerian Keuangan yang ditunjukkan pada Jumat (11/9).

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Perusahaan Jepang berencana memangkas belanja modal sebesar 6,8 persen pada tahun fiskal yang berakhir pada Maret 2021. Rencana ini disampaikan dalam survei kuartalan Kementerian Keuangan yang ditunjukkan pada Jumat (11/9).

Seperti dilansir di Reuters, Jumat, penurunan tersebut lebih besar dibandingkan penurunan 4,4 persen yang diprediksi pada tiga bulan lalu. Ini menunjukkan, merosotnya keuntungan akibat pandemi Covid-19 telah mengurangi selera para perusahaan untuk belanja.

Baca Juga

Dalam survei tersebut, produsen manufaktur memprediksi pengurangan belanja modal sebesar 4,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara, nonmanufaktur memproyeksikan penyusutan hingga 8,1 persen.

Rencana ini menjadi pemotongan belanja modal terdalam selama lebih dari satu dekade. Pandemi Covid-19 yang menghantam keuntungan menjadi faktor utamanya. Ini menggarisbawahi dampak ekonomi yang semakin meluas dari krisis kesehatan.

Rencana pemotongan belanja modal ini menjadi tantangan yang harus dihadapi Perdana Menteri Jepang berikutnya. Pemimpin yang akan dipilih pada pekan depan ini harus mencoba menyeimbangkan kebutuhan untuk menahan laju penyebaran virus corona sembari mendukung ekonomi yang bergulat dengan resesi terburuk pasca perang.

Kepala ekonom di Norinchukin Research Institute Takeshi Minami mengatakan, dunia usaha tidak memiliki banyak opsi selain harus memangkas pengeluaran ketika prospek lapa mereka sangat suram.

"Lebih banyak perusahaan akan memangkas pengeluaran dan pekerjaan menjelang akhir tahun, yang berarti akan membutuhkan waktu yang cukup lama bagi perekonomian untuk kembali ke tingkat sebelum pandemi," katanya.

Dunia usaha memprediksi, penjualan akan turun 6,8 persen pada tahun fiskal ini, lebih dalam dari penurunan 5,2 persen yang diprediksi pada kuartal terakhir. Ini menjadi penurunan terbesar sejak 2010.

Perusahaan juga memperkirakan laba berulang akan turun 23,2 persen, laju penurunan tercepat sejak 2009. Produsen mobil dan perusahaan sektor jasa menjadi pihak yang paling terpukul oleh krisis.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement