REPUBLIKA.CO.ID, RABAT - Seorang pakar Maroko mengatakan panglima perang Libya Khalifa Haftar adalah hambatan utama dalam mencapai kesepakatan di Libya karena dia masih berpegang pada solusi militer.
"Hambatan terbesar untuk mencapai kesepakatan politik dalam dialog Libya di Maroko adalah Jenderal Khalifa Haftar dan para pendukungnya yang mendesak solusi militer," kata Salman Bunaman, pakar ilmu politik di Universitas Sidi Mohamed Ben Abdellah, Rabu.
Dia berbicara pada forum konsultasi tidak resmi Libya yang digelar di Kota Bouznika, Maroko, dan dihadiri oleh delegasi yang mewakili Dewan Tinggi Negara Libya dan parlemen yang berbasis di Tobruk.
"Ada upaya untuk menghalangi upaya Maroko untuk mencapai kesepakatan yang disepakati antara rival Libya," kata Bunaman.
Dia menambahkan bahwa ada negara-negara yang berusaha agar kesepakatan tidak tercapai karena mereka ingin memperpanjang krisis Libya untuk kepentingan Haftar.
Maroko mendapatkan kehormatan dari pihak Libya serta diterima secara internasional sebagai mediator netral dalam krisis Libya.
Pada Selasa, kedua belah pihak - Dewan Tinggi Negara Libya dan parlemen Tobruk - mengumumkan pencapaian pemahaman dalam dialog yang sedang berlangsung di Maroko tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan pemberantasan korupsi dan mengakhiri perpecahan di lembaga-lembaga publik Libya.
Terlepas dari kemajuan ini, pada Sabtu, tentara Libya mengatakan bahwa milisi Haftar melanggar gencatan senjata untuk keempat kalinya di Kota Sirte dengan membombardir kota itu dengan roket.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
