Kamis 10 Sep 2020 23:55 WIB

Bertekad Sembuhkan Kebutaan, Ilmuwan Hongaria Dianugerahi Penghargaan Bergengsi

Ilmuwan medis Botond Roska lakukan penelitian gen untuk sembuhkan kebutaan.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
picture-alliance/dpa/A. Heimken
picture-alliance/dpa/A. Heimken

Botond Roska, peneliti dari Hongaria dianugerahi penghargaan ilmiah Koerber Prize for European Science senilai 1 juta euro. Dia sejak bertahun-tahun melakukan penelitian gen untuk menyembuhkan kebutaan. Dia telah menemukan terapi berbasis gen dan berhasil memprogram ulang sel-sel di mata manusia sehingga kembali bisa peka cahaya, yang diperlukan untukpenglihatan manusia.

"Penelitian Roska telah membangkitkan harapan bahwa metode pengobatan baru dapat memulihkan kemampuan melihat pada orang buta," kata Walikota Hamburg Peter Tschentscher pada upacara penganugerahan Koerber Prize, Senin (7/9), di Hamburg.

Dia menambahkan: "Di Jerman saja, lebih 30.000 orang menderita kehilangan penglihatan yang disebabkan oleh penyakit retinal. Di seluruh dunia ada lebih dari 30 juta."

Botond Roska, yang bekerja di kota Basel di Swiss, memang bertekad untuk memulihkan penglihatan bagi para tunanetra. Sebagian besar penyakit mata disebabkan oleh cacat bawaan atau penuaan pada retina. Roska melakukan pekerjaan perintis untuk mengidentifikasi sekitar seratus jenis sel yang berbeda di retina, dan interaksi kompleksnya dalam pemrosesan sinyal.

Ilmuwan kedokteran kelahiran Budapest itu mengatakan, untuk saat ini proses tersebut menciptakan tingkat penglihatan yang mirip dengan menonton televisi dalam warna hitam dan putih. Uji klinis pada relawan tunanetra sedang dilakukan untuk menghasilkan terapi yang optimal.

Harapan sembuh dari kebutaan bagi penyandang tunanetra

Roska awalnya belajar cello di Akademi Musik di Budapest, tetapi harus melepaskan karir musiknya karena cedera. Dia kemudian menyelesaikan studinya di bidang kedokteran dan matematika dan menerima gelar doktor ahli saraf di Berkeley.

Pria berusia 50 tahun itu kemudian menjadi direktur pendiri Institute of Molecular and Clinical Ophthalmology di Universitas Basel pada Desember 2017 bersama Profesor Hendrik Scholl.

Roska dan timnya telah melacak sekitar seratus jenis sel yang berbeda di retina dan menyelidiki interaksinya dalam pemrosesan sinyal. Timnya mencapai terobosan saat berhasil memrogram ulang jenis sel di mata, sehingga bisa mengambil alih fungsi sel reseptor cahaya yang rusak.

Dia dan timnya dengan demikian mampu membuat retina "buta" menjadi peka cahaya kembali. Roska juga berhasil untuk pertama kalinya menumbuhkan retina buatan lengkap di laboratorium. Retina mini ini sekarang dapat digunakan untuk menguji apakah terapi gen tertentu bisa menyembuhkan kebutaan.

Penghargaan bergengsi di bidang ilmu pengetahuan

Dengan dana dari Koerber Prize, Botond Roska dan timnya bisa memajukan penelitian mereka untuk lebih memahami retina manusia. “Di sisi lain, penghargaan ini berkontribusi untuk menarik perhatian pada kebutaan, salah satu masalah terbesar umat manusia,” kata sang peneliti.

Penghargaan Koerber Foundation yang berkedudukan di Hamburg pertama kali diberikan pada tahun 1985 untuk menghormati para ilmuwan luar biasa yang bekerja di Eropa. Hadiah ini diberikan kepada proyek penelitian yang menunjukkan potensi besar dan dampak internasional.

Selama beberapa tahun terakhir, Koerber European Science Prize telah berkembang menjadi salah satu hadiah sains paling bergengsi. Dalam sepuluh tahun terakhir saja, enam pemenang Koerber Prize kemudian juga dianugerahi Hadiah Nobel.

hp/pkp (dpa, epd, koerber foundation)

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement