Kamis 10 Sep 2020 23:23 WIB

Narapidana Sharjah, Membuat Masjid dan Majelis Kayu

Narapidana Sharjah membuat pekerjaan konstruksi membuat masjid kayu.

Rep: Mabruroh/ Red: Muhammad Hafil
Narapidana Sharjah, Membuat Masjid dan Majelis Kayu. Foto: Lapas (ilustrasi)
Foto: ANTARA FOTO
Narapidana Sharjah, Membuat Masjid dan Majelis Kayu. Foto: Lapas (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SHARJAH -- Narapidana Sharjah membuat pekerjaan konstruksi membuat masjid dan majelis kayu yang unik di daerah Sharjah Al Ramtha. Pembangunan tahap kedua dari penjara pusat baru ini menelan biaya 400 juta dirham (Rp 1,62 Triliun).

Dilansir dari Gulf Times pada Rabu (9/9), bangunan akan rampung dikerjakan pada akhir tahun ini. Menurut pihak berwenang, rancangan fasilitas baru telah dilakukan untuk mengakomodasi program rehabilitasi bagi para narapidana agar dapat menjalani kehidupan yang produktif setelah menjalani masa hukumannya.

Baca Juga

"Pembangunan tahap dua ini termasuk membangun blok untuk narapidana laki-laki, blok administrasi dan bengkel," ujar Direktur Jenderal Badan Punitif dan Rehabilitasi Sharjah, Brigadir Ahmad Shuhail kepada Gulf News dalam wawancara eksklusif.

Pembangunan tahap dua ini dibagi menjadi dua fase, pembongkaran situs lama dan pembangunan blok baru. Seluruh kompleks penjara baru akan terdiri dari gedung administrasi, gedung terpisah untuk laki-laki, perempuan dan remaja, dan bengkel. Blok yang terdiri dari aula dan lainnya akan dibangun pada tahap ketiga.

 

Pembangunan tahap pertama Penjara Pusat Sharjah sudah diresmikan pada Januari 2017 lalu. Setelah selesai, penjara baru itu akan menawarkan sel-sel dan aula yang luas kepada narapidana dengan fasilitas yang memadai.

"Dulu, hanya keluarga narapidana di dalam negeri yang bisa mengunjungi mereka, tapi sekarang, narapidana yang keluarganya tinggal di luar UEA juga bisa menikmati kunjungan virtual ini," ujar Brigadir Ahmad Shuhail.

"Prioritasnya adalah menjaga kebersihan penjara dan dalam kondisi sehat serta memiliki program rehabilitasi yang mencegah narapidana kembali ke kehidupan kriminal," sambung Brigadir Shuhail.

Para narapidana ujarnya, diberikan kegiatan sehari-hari, tergantung pada program rehabilitasi mana yang telah mereka lakukan. Program rehabilitasi dapat berupa lokakarya okupasi atau para narapidana dapat diberi kesempatan untuk melanjutkan pendidikan mereka. Peluang akademik termasuk kelas komputer, kursus pariwisata atau program keagamaan seperti menghafal Alquran juga ada.

Para narapidana juga mendapat istirahat ketika mereka bisa menghabiskan waktu di lapangan latihan, meminjam buku dari perpustakaan dan membaca, berpartisipasi dalam kegiatan olahraga atau menonton televisi.

Termasuk membangun sebuah masjid dan majelis kayu yang unik dibuka baru-baru ini untuk karyawan Yayasan Sharjah dan Rehabilitasi serta untuk pengunjung. Masjid dan majelis seluruhnya terbuat dari kayu daur ulang. Dirancang di bengkel Punitive and Rehabilitation Establishment, masjid diangkut dan ditempatkan di akomodasi karyawan yang terletak di Punitive and Rehabilitation Establishment, sedangkan majelis ditempatkan di pintu masuk fasilitas.

Sebanyak enam narapidana ikut membangun masjid kayu dan butuh waktu dua bulan untuk menyelesaikannya. Enam narapidana lainnya bekerja selama sebulan untuk membangun majelis kayu.

Masjid tersebut memiliki kapasitas untuk 30 orang jamaah. Pegawai dari kepolisian telah melaksanakan salat di masjid secara teratur. Masjid hanya dibuka pada waktu sholat dan ditutup setelah itu sebagai pencegahan terhadap COVID-19.

Selain itu, masih menurut Brigadir Shuhail, pihak penjara juga sering mengadakan kompetisi kebersihan sel-sel tahanan. Sehingga setiap bulan satu sel dipilih sebagai yang terbersih dan penghuni sel akan diberi hak istimewa untuk mengajukan tiga permintaan (seperti memesan makanan dari luar).

Selama Pandemi Covid-19, semua tindak pencegahan juga diterapkan di seluruh gedung. Seluruh fasilitas didisinfeksi tiga kali sehari, selain pemasangan beberapa terowongan desinfektan yang harus dilalui oleh karyawan, narapidana, dan pengunjung.

"Tes covid-19 juga rutin dilakukan untuk semua narapidana, pekerja dan sipir penjara," ujar Shuhail.

Setelah pandemi Covid-19, banyak penjara di seluruh dunia sedang berjuang untuk menerapkan tindakan pencegahan. Sharjah telah memberikan contoh langka dengan menguji semua narapidana dan berhasil menerapkan langkah-langkah pencegahan dengan ketat.

"Tindakan pencegahan yang ketat sejak munculnya wabah membantu mencegah penyebaran COVID-19 di dalam bangsal dan fasilitas penjara," kata Brigadir Shuhail.

"Daftar panjang tindakan telah dilakukan oleh Kepolisian Sharjah untuk memastikan perlindungan hak asasi manusia dan kesehatan narapidana selama COVID-19," tambahnya.

Selain narapidana, semua petugas kebersihan penjara, karyawan perusahaan katering yang menyediakan makanan untuk narapidana dan polisi juga menjalani tes rutin.

Tindakan tersebut, termasuk pemeriksaan termal, desinfeksi bangsal dan fasilitas penjara, serta memberikan masker dan sarung tangan baru kepada narapidana setiap hari, membantu memastikan keamanan bagi semuanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement