Kamis 10 Sep 2020 17:23 WIB

Teheran Kutuk Majalah Prancis Soal Karikatur Nabi Muhammad

Charlie Hebdo menerbitkan ulang karikatur Nabi Muhammad.

Rep: Mabruroh/ Red: Muhammad Hafil
Teheran Kutuk Majalah Prancis Soal Karikatur Nabi Muhammad. Foto: Sebuah foto yang dipasang menunjukkan sampul mingguan satir Prancis Charlie Hebdo dengan kartun kontroversial Nabi Muhammad yang diterbitkan pada tahun 2012, di tengah-tengah surat kabar Prancis lainnya, pada hari pembukaan persidangan serangan, di Paris, Prancis, 02 September 2020. The Serangan teroris Charlie Hebdo di Paris terjadi pada 07 Januari 2015, dengan penyerbuan ekstremis Islam bersenjata dari surat kabar satir, memulai tiga hari teror di ibukota Prancis.
Foto: EPA-EFE / YOAN VALAT
Teheran Kutuk Majalah Prancis Soal Karikatur Nabi Muhammad. Foto: Sebuah foto yang dipasang menunjukkan sampul mingguan satir Prancis Charlie Hebdo dengan kartun kontroversial Nabi Muhammad yang diterbitkan pada tahun 2012, di tengah-tengah surat kabar Prancis lainnya, pada hari pembukaan persidangan serangan, di Paris, Prancis, 02 September 2020. The Serangan teroris Charlie Hebdo di Paris terjadi pada 07 Januari 2015, dengan penyerbuan ekstremis Islam bersenjata dari surat kabar satir, memulai tiga hari teror di ibukota Prancis.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Menteri Kebudayaan dan Bimbingan Islam Iran, Abbas Salehi mengutuk majalah Prancis Charlie Hebdo karena menerbitkan ulang karikatur ofensif Nabi Muhammad (SAW). Ia juga mengutuk pernyataan bahwa menghina Nabi Besar umat Islam sebagai bentuk kebebasan berekspresi yang mencambuk jiwa dan raga umat Islam.

"Jangan bermain-main dengan gudang mesiu," cuit Salehi dalam akun Twitter pada Rabu malam.

Baca Juga

Dilansir dari en.irna pada Kamis (10/9), ia menambahkan bahwa Nabi Muhammad (SAW) bukanlah orang atau pemimpin agama. Nabi Muhammad saw adalah identitas satu setengah miliar umat Islam di dunia.

Sebelumnya, Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Ayatollah Seyyed Ali Khamenei mengutuk majalah Prancis Charlie Hebdo karena menerbitkan ulang karikatur yang menghina itu. Ia mengatakan bahwa tindakan bermusuhan tersebut berakar pada "kebijakan yang sangat anti-Islam" dari Zionis dan pemerintah yang arogan.

Seperti diketahui, kartun tersebut pertama kali diterbitkan oleh surat kabar Denmark Jyllands-Posten pada tanggal 30 September 2005, dan kemudian dicetak ulang oleh Charlie Hebdo pada tahun berikutnya. Jyllands-Posten mengklaim bahwa karikatur itu dimaksudkan sebagai komentar tentang budaya ketakutan dan sensor diri di dalam media Denmark.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement