Kamis 10 Sep 2020 10:14 WIB

Burger Nabati Impossible Foods Masuki Pasar Hong Kong

Impossible Foods pasok daging babi tiruan dari bahan nabati ke Starbucks Hong Kong.

Burger Impossible Food yang terbuat dari bahan nabati mulai masuki pasar Asia.
Foto: AP
Burger Impossible Food yang terbuat dari bahan nabati mulai masuki pasar Asia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Produsen burger nabati Impossible Foods akan mulai menjual produk daging babi tiruan di Hong Kong, ekspansi pertama di luar Amerika Serikat yang mengincar konsumen peduli lingkungan. Patty sosis yang terbuat dari protein kedelai merupakan produk kedua dari perusahaan asal Silicon Valley setelah burger sapi tiruan yang mereka jual pada 2016.

Dikutip dari Reuters, Kamis, Impossible Foods telah menjual Impossible Sausage di AS tahun ini. Kepala Eksekutif Pat Brown mengatakan, Asia adalah area penting untuk mengembangkan bisnis. Pihaknya ingin memanfaatkan tingkat konsumsi daging babi yang tinggi di benua tersebut.

Baca Juga

"Konsumen semakin cepat beralih ke sistem pangan nabati. Ini terjadi di Asia di mana daging babi mendominasi pasar daging," kata dia dalam konferensi pers daring.

Menurut Brown, memproduksi makanan dan minuman berbahan dasar nabati tidak terlalu membutuhkan air dan tanah dibandingkan makanan dan minuman dari bahan hewani. Berdasarkan data Organisasi Pangan dan Pertanian PBB, daging babi adalah daging yang paling banyak dimakan di dunia, yakni 36 persen.

David Lee, kepala keuangan Impossible's, mengatakan bahwa sosis daging tiruan itu akan dijual di kafe Starbucks Hong Kong serta restoran-restoran seperti kedai burger Triple O's mulai bulan ini. Kehadiran sosis nabati ini terjadi lebih dari dua tahun setelah OmniPork dari Hong Kong meluncurkan produk daging babi tiruan di supermarket dan restoran di seluruh kota.

Permintaan makanan berbahan dasar tumbuhan telah melonjak di Asia, menurut pemasok. Hal itu terjadi seiring adanya perubahan pola pikir karena kecurigaan ada hubungan antara daging hewan liar dan virus corona, terutama di Hong Kong dan China.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement