Kamis 10 Sep 2020 09:26 WIB

Kasus Menurun, Tokyo Turunkan Level Kewaspadaan Covid-19

Aktivitas warga pada malam hari akan dilonggarkan.

Rep: Puti Almas/ Red: Friska Yolandha
Pemerintah di Ibu Kota Tokyo, Jepang berencana menurunkan level kewaspadaan yang saat ini burada di tingkat tertinggi terkait infeksi virus corona jenis baru (Covid-19) pada Kamis (10/9). Langkah ini akan dilakukan menyusul jumlah kasus yang terus menurun.
Foto: EPA-EFE/KIMIMASA MAYAMA
Pemerintah di Ibu Kota Tokyo, Jepang berencana menurunkan level kewaspadaan yang saat ini burada di tingkat tertinggi terkait infeksi virus corona jenis baru (Covid-19) pada Kamis (10/9). Langkah ini akan dilakukan menyusul jumlah kasus yang terus menurun.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Pemerintah di Ibu Kota Tokyo, Jepang berencana menurunkan level kewaspadaan yang saat ini burada di tingkat tertinggi terkait infeksi virus corona jenis baru (Covid-19) pada Kamis (10/9). Langkah ini akan dilakukan menyusul jumlah kasus yang terus menurun. 

Dengan penurunan level pembatasan tersebut, aktivitas warga di malam hari akan dilonggarkan. Sebelumnya, pada Juli level kewaspadaan Covid-19 di Tokyo dinaikkan menjadi ‘red’ atau merah yang tertinggi atas saran dari para ahli kesehatan menyusul peningkatan kasus infeksi. 

Tetapi, sejak itu secara bertahap kasus Covid-19 harian di Tokyo secara bertahap menurun. Tercatat pada puncaknya, kasus harian mencapai 472 yang terjadi pada awal Agustus. 

Sementara, pada Rabu (9/9) kemarin, jumlah kasus Covid-19 terbaru dilaporkan adalah 149. Secara terpisah di tingkat nasional, sekelompok ahli akan berkumpul pada Jumat (11/9) untuk mempertimbangkan pelonggaran pembatasan pada acara-acara skala besar di Jepang. 

Menteri Ekonomi Yasutoshi Nishimura mengatakan pertimbangan tersebut adalah tindak lanjut atas seruan dari liga bisbol dan sepak bola top Jepang. Selain itu, pemerintah di Negeri Matahari Terbit juga akan mempertimbangkan untuk menambahkan Tokyo ke dalam kampanye pariwisata domestik bersubsidi ‘Go To Travel’, menyusul pengecualian selama dianggap sebagai hotspot virus corona jenis baru.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement