Rabu 09 Sep 2020 12:20 WIB

Banjir Sungai Nil di Sudan Ancam Situas Kuno Ribuan Tahun

Banjir Sungai Nil di Sudan ancam situs kuno al-Bajrawiya

Pemandangan situs kuno di Sudan, al-Brawijaya. yang saat terendam banjir
Foto: alarabiya
Pemandangan situs kuno di Sudan, al-Brawijaya. yang saat terendam banjir

REPUBLIKA.CO.ID, -- Ketinggian air banjir Nil yang meningkat mengancam akan membanjiri sebuah situs arkeologi kuno di Sudan. Para arkeolog mencemaskannya  setelah mencatat sampai beberapa tingkat permukaan sungai Nil  terjadi belakangan ini.

https://vid.alarabiya.net/images/2020/09/08/fdcce706-c096-478f-8598-acf42f20b611/fdcce706-c096-478f-8598-acf42f20b611_16x9_600x338.jpg

  • Keterangan foto: Gambar yang diambil pada tanggal 4 April 2019 menunjukkan pemandangan sebagian dari piramida Meroe.

Bahkan, pada senin lalu, tim arkeolog berinisitaif mendirikan tembok penghalang yang terbuat dari  karung pasir dan memompa keluar air untuk mencegah kerusakan di reruntuhan al-Bajrawiya. Situs ini sangat penting karena sebagai jejak bahwa wilayah tersebut pernah menjadi kota kerajaan dari kerajaan Meroitik yang sudah berusia dua ribu tahun.

“Banjir tidak pernah mempengaruhi situs tersebut sebelumnya,” kata Marc Maillot, kepala Unit layanan  Arkeologi Prancis di Sudan Antiquities.

Daerah ini mencakup piramida Meroe yang terkenal, sebuah situs Warisan Dunia UNESCO. Para petani di sepanjang tepian Sungai Nil yang subur, sungai terpanjang di dunia, bergantung pada banjir tahunannya.

Tetapi permukaan air Sungai Nil yang melintas di sana telah meningkat lebih jauh dari biasanya tahun ini. Situasi ini menjadi ancaman bagi keberadaan situs tersebut.

Tourists take pictures of the Royal Cemeteries of Meroe Pyramids in Begrawiya at River Nile State. (Reuters)

  • Keterangan foto: Para turis mengambil foto Royal Cemeteries of Meroe Pyramids di Begrawiya di River Nile State.

"Situasi saat ini terkendali, tetapi jika permukaan Sungai Nil terus meningkat, tindakan yang diambil mungkin tidak cukup," kata Maillot, menambahkan bahwa lokasi tersebut biasanya berjarak sekitar 500 meter dari sungai. Bahkan, menurutnya, situs kuno lainnya juga terancam di sepanjang Sungai Nil.

Pihak berwenang Sudan pekan lalu mengumumkan keadaan darurat nasional selama tiga bulan setelah banjir yang memecahkan rekor yang menewaskan sedikitnya 99 orang.

Para pejabat mengatakan mereka telah mencatat perairan tertinggi di Nil Biru - yang bergabung dengan Nil Putih di ibu kota Sudan, Khartoum - sejak pencatatan dimulai lebih dari seabad lalu.

Faisal Mohamed Saleh, menteri informasi dan kebudayaan Sudan, mengunjungi situs itu untuk melihat upaya yang dilakukan untuk melindunginya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement