Rabu 09 Sep 2020 09:56 WIB

IHSG Melemah Diwarnai Sentimen Negatif Bursa Global

Sentimen negatif seperti hubungan AS-China menyeret IHSG ke zona merah.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona merah pada perdagangan Rabu (9/9). Indeks melemah 0,79 persen atau terpangkas 41 poin ke level 5.202,74. Pelemahan IHSG ini sejalan dengan bursa global yang bergerak negatif.
Foto: ANTARA/Aprillio Akbar
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona merah pada perdagangan Rabu (9/9). Indeks melemah 0,79 persen atau terpangkas 41 poin ke level 5.202,74. Pelemahan IHSG ini sejalan dengan bursa global yang bergerak negatif.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona merah pada perdagangan Rabu (9/9). Indeks melemah 0,79 persen atau terpangkas 41 poin ke level 5.202,74. Pelemahan IHSG ini sejalan dengan bursa global yang bergerak negatif. 

Dari bursa saham AS, indeks Nasdaq memimpin pelemahan dengan turun sebesar 4,11 persen, lalu diikuti S&P500 2,78 persen dan Dow Jones turun 2,25 persen. Sementara dari Asia, pagi ini indeks Nikkei terpantau turun 1,28 persen dan Kospi 1,25 persen.

Kepala riset Samuel Sekuritas Indonesia, Suria Dharma, mengatakan pergerakan pasar saham hari ini banyak diwarnai sentimen negatif. "Maraknya sentimen negatif dari bursa global membuat kami memprediksi IHSG juga akan mengalami pelemahan pada perdagangan hari ini," kata Suria, Rabu (9/9).  

Adapun sentimen tersebut di antaranya hubungan AS-China yang kembali merenggang. Hal tersebut berpengaruh pada penurunan di sektor teknologi. Softbank melakukan call option besar terhadap saham-saham berbasis teknologi, sehingga ada potensi aksi take profit besar. 

Dari dalam negeri, para pelaku pasar juga akan mencermati data penjualan ritel Indonesia yang akan diumumkan hari ini. Bank Indonesia (BI) memperkirakan penjualan ritel akan terkontraksi 12,3 persen yoy. 

"Penjualan ritel dapat menjadi indikator terhadap konsumsi Indonesia yang merupakan kontributor terbesar bagi GDP Indonesia," terang Suria. 

Dari pasar komoditas, harga minyak terpantau turun, dimana Brent 5,3 persen dan WTI 7,6 persen. Menurut Suria, pelemahan terjadi setelah Arab Saudi menurunkan harga jual minyaknya.

Di sisi lain, keningkatan kasus Covid-19 yang semakin banyak juga menjadi sentimen negatif bagi pasar. Hal ini menyebabkan pesimisnya para ekonom dalam memandang ekonomi ke depan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement