Selasa 08 Sep 2020 12:12 WIB

Pembicaraan Damai Taliban-Afghanistan Tersulit dalam Sejarah

Pembicaraan damai Taliban dan Afghanistan akan dimulai dalam beberapa hari mendatang

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Milisi Taliban, ilustrasi
Foto: AP
Milisi Taliban, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Wakil Presiden Afghanistan Amrullah Saleh mengungkapkan pembicaraan damai dengan Taliban akan dimulai dalam beberapa hari mendatang. Menurutnya, itu bakal menjadi negosiasi perdamaian tersulit dalam sejarah.

"Ini akan menjadi salah satu negosiasi perdamaian paling sulit dalam sejarah. Dalam hal-hal tertentu ini akan menjadi lebih rumit daripada proses perdamaian Arab," ujar Saleh saat diwawancara Al Arabiya pada Senin (7/9).

Baca Juga

Saleh mengatakan konflik selama 19 tahun yang berlangsung di Afghanistan telah menumpahkan banyak darah dan menciptakan perpecahan. Dia menilai, mengatasi hal tersebut bukanlah perkara mudah. Kendati demikian, ia berharap pembicaraan damai tetap berlangsung. "Berdamai dengan Taliban bukan berarti menyerah kepada Taliban," ujarnya.

Dia meyakini Taliban akan tetap menggunakan aksi kekerasan untuk mendapatkan lebih banyak konsesi dalam perundingan. "Setiap tindakan yang mereka lakukan akan mempersulit perdamaian," kata Saleh.

Namun jika Taliban mundur dari pembicaraan damai, hal itu akan menjadi sebuah tamparan. "Jika Taliban menemukan alasan lain (untuk menghindari pembicaraan damai), itu akan menjadi tamparan di wajah komunitas internasional yang mengatakan kepada kami bahwa ini adalah alasan terakhir, dan itu akan menjadi tamparan bagi perdamaian itu sendiri," ucap Saleh.

Pembicaraan damai antara Pemerintah Afghanistan dan Taliban akan berlangsung di Doha, Qatar. Para juru runding dan pejabat senior Afghanistan dilaporkan telah bertolak ke kota tersebut pekan lalu. Menurut beberapa sumber, perundingan awalnya diagendakan digelar pada Sabtu (5/9). Namun, sumber-sumber lain menyebut, negosiasi harus ditunda karena masalah logistik.

Taliban telah membentuk delegasi beranggotakan 21 orang untuk melakukan perundingan damai dengan Pemerintah Afghanistan. Juru bicara Taliban Zabiullah Mujahed mengungkapkan tim perunding telah diumumkan berdasarkan keputusan Amirul Mukminin (Ketua Taliban Mulla Hibat Ullah). "Syekh Mawlawi Abdul Hakim ditunjuk sebagai ketua tim perundingan dan Sher Muhammad Abbas Stanekzai sebagai wakilnya. Dr. Muhammad Naeem Wardak ditunjuk sebagai juru bicara kantor politik," kata dia melalui akun Twitter pribadinya, dikutip laman Anadolu Agency.

Negosiasi perdamaian Afghanistan yang dimediasi Amerika Serikat (AS) telah terhenti selama berbulan-bulan. Hal itu karena Taliban menetapkan syarat pembebasan 5.000 anggotanya yang ditahan pemerintah sebelum perundingan dimulai. Sebagai gantinya, Taliban pun akan membebaskan seribu pasukan keamanan yang mereka tawan.

Pemerintah Afghanistan telah membebaskan lebih dari 4.000 tahanan Taliban. Namun sekitar 320 orang yang dituduh melakukan kejahatan serius tetap ditahan hingga saat ini. Terkait proses ini, Prancis dan Australia telah menyatakan keberatan atas pembebasan beberapa anggota Taliban yang terlibat dalam pembunuhan warga mereka di Afghanistan.

Konflik Afghanistan telah berlangsung sejak 2001. Menurut PBB, lebih dari 32 ribu warga sipil telah tewas dalam konflik tersebut.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement