Selasa 08 Sep 2020 08:36 WIB

Harga Minyak Jatuh Setelah Arab Saudi Pangkas Harga

China yang mengurangi impor minyak juga mendorong pelemahan harga.

Harga minyak turun pada perdagangan Senin (7/9) waktu setempat, setelah Arab Saudi melakukan pemotongan harga bulanan terdalam untuk pasokan ke Asia dalam lima bulan.
Foto: Antara/FB Anggoro
Harga minyak turun pada perdagangan Senin (7/9) waktu setempat, setelah Arab Saudi melakukan pemotongan harga bulanan terdalam untuk pasokan ke Asia dalam lima bulan.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Harga minyak turun pada perdagangan Senin (7/9) waktu setempat, setelah Arab Saudi melakukan pemotongan harga bulanan terdalam untuk pasokan ke Asia dalam lima bulan. Penurunan harga juga disebabkan oleh ketidakpastian atas permintaan China membayangi pemulihan pasar.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November diperdagangkan pada 42,03 dolar AS per barel, turun 63 sen atau 1,5 persen, pada pukul 15.55 GMT, setelah sebelumnya meluncur menjadi 41,51 dolar AS per barel, merupakan tingkat terendah sejak 30 Juli.

Baca Juga

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober, turun 67 sen atau 1,7 persen menjadi 39,10 dolar AS per barel setelah mencapai 38,55 dolar AS per barel, merupakan level terendah sejak 10 Juli.

“Suasana menjadi agak pesimis di paruh kedua minggu lalu dan risiko langsung condong ke sisi negatifnya,” kata Tamas Varga dari broker minyak PVM.

Eksportir minyak utama dunia, Arab Saudi, memangkas harga jual resmi Oktober untuk minyak mentah Arab Light yang paling banyak dijual ke Asia sejak Mei.

"Penurunan itu ditafsirkan oleh pasar sebagai tanda bahwa pemulihan permintaan di kawasan itu, rumah bagi konsumen minyak terbesar kedua dan ketiga, kehabisan kekuatan," kata analis Rystad Energy, Paola Rodriguez-Masiu.

China, importir minyak terbesar dunia yang telah mendukung harga dengan rekor pembelian, memperlambat impornya pada Agustus dan meningkatkan ekspor produk-produknya, data bea cukai menunjukkan pada Senin (7/9).

“Ada begitu banyak ketidakpastian yang berkaitan dengan ekonomi China dan hubungan mereka dengan negara-negara industri utama, dengan AS dan saat ini, bahkan Eropa,” Keisuke Sadamori, direktur pasar energi di Badan Energi Internasional kepada Reuters.

Minyak juga berada di bawah tekanan karena perusahaan-persahaan AS meningkatkan pengeboran untuk pasokan baru setelah pemulihan harga minyak baru-baru ini. Perusahaan energi AS minggu lalu menambahkan rig minyak dan gas alam untuk kedua kalinya dalam tiga minggu terakhir.

Namun, harapan akan vaksin Covid-19 yang potensial memberikan dukungan pada harga setelah pejabat Australia mengatakan mereka mengharapkan untuk menerima batch pertama vaksin mereka pada Januari, dan mengatakan vaksin tersebut dapat menawarkan perlindungan multi-tahun.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement