Senin 07 Sep 2020 18:48 WIB

Lebih dari 200 Staf PBB di Suriah Terinfeksi Covid-19

Infeksi Covid-19 melonjak 10 kali lipat di Suriah

Red: Nur Aini
Anggota tim pakar investigator PBB ketika mengambil sampel pasir di pinggiran Damaskus, Suriah.
Foto: AP PHOTO/Yousef Albostany
Anggota tim pakar investigator PBB ketika mengambil sampel pasir di pinggiran Damaskus, Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Lebih dari 200 anggota staf PBB di Suriah terinfeksi virus corona saat badan dunia tersebut meningkatkan rencana darurat untuk memerangi penyebaran cepat pandemi di negara itu, menurut petugas medis dan pejabat PBB.

Koordinator Residen dan Koordinator Kemanusiaan PBB di Suriah, Imran Riza, Selasa pekan lalu (1/9) mengatakan kepada para kepala badan PBB, melalui surat yang dikirim kepada staf, bahwa PBB berada pada tahap akhir dalam mengamankan fasilitas medis untuk pengobatan Covid-19.

Baca Juga

"Lebih dari 200 kasus dilaporkan di kalangan anggota staf PBB, beberapa di antaranya dirawat di rumah sakit dan tiga anggota dievakuasi secara medis," kata pejabat tinggi PBB di Suriah dalam surat tersebut, yang dibocorkan ke Reuters dari anggota staf setempat yang terinfeksi.

Petugas kemanusiaan dan medis menyebutkan jumlah kasus yang sebenarnya lebih tinggi, termasuk ratusan anggota staf yang dipekerjakan oleh mitra LSM yang bekerja untuk belasan badan PBB, yang mengawasi operasi bantuan kemanusiaan terbesar negara tersebut. Menurut Riza, terjadi lonjakan infeksi sepuluh kali lipat di Suriah dalam dua bulan sejak terakhir kali dirinya memberi tahu staf.

Ia merujuk pada data Kementerian Kesehatan, yang menyebutkan terdapat 3.171 kasus dan 134 kematian sejak kasus pertama Covid-19 dilaporkan pada 23 Maret.

"Situasi epidemiologi di seluruh negara itu berubah drastis," kata Riza.

Pekerja bantuan dan medis yang berbasis di Damaskus bersikap skeptis terhadap data resmi. Mereka menuduh otoritas menutup-nutupi keadaan sebenarnya. Otoritas menepis tuduhan tersebut, namun mengakui bahwa tes Covid-19 memang terbatas.

PBB menyampaikan keprihatinan mengenai penyebaran virus corona di negara itu, yang infrastrukturnya dalam bidang kesehatan telah hancur akibat perang dan mengalami keterbatasan pasokan medis. Pekerja bantuan dan medis independen mengungkapkan bahwa sejumlah dokter dan tenaga kesehatan meninggal dalam beberapa pekan terakhir.

Saksi dan petugas taman pemakaman umum menyebutkan bahwa proses pemakaman melonjak tiga kali lipat sejak Juli di sebuah TPU di selatan ibu kota, tempat yang dianggap petugas medis dan LSM sebagai pusat penyebaran kasus Covid-19.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement