Selasa 08 Sep 2020 05:39 WIB

UMM Peroleh Dua Gelar Lomba Inovasi Digital Kemendikbud

Terdapat beberapa perbedaan prinsip antara aplikasinya dengan alat peraga konvensial

Rep: wilda Fizriyani/ Red: Hiru Muhammad
Dua tim Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berhasil menyabet dua gelar bergengsi dalam Lomba Inovasi Digital Mahasiswa (LIDM) 2020 yang diadakan Pusat Prestasi Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI.
Foto: istimewa
Dua tim Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berhasil menyabet dua gelar bergengsi dalam Lomba Inovasi Digital Mahasiswa (LIDM) 2020 yang diadakan Pusat Prestasi Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG--Dua tim Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berhasil menyabet dua gelar bergengsi dalam Lomba Inovasi Digital Mahasiswa (LIDM) 2020 yang diadakan Pusat Prestasi Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI. Raihan tersebut antara lain Juara Harapan untuk inovasi pembelajaran digital dengan memanfaatkan teknologi Augmented Reality atau KertubAR. Kemudian mendali perunggu untuk short story tentang pembelajaran daring berjudul "Hari Esok".

Tim Prodi Informatika yang tergabung di divisi II Inovasi Materi Digital Pendidikan membuat aplikasi KertubAR yang merupakan media pembelajaran untuk materi Kerangka Tubuh Manusia. Pada aplikasi ini, fitur Kamera AR dapat memvisualisasikan objek tiga Dimensi (3D) mengenai macam-macam tulang penyusun kerangka tubuh. Ada juga fitur Virtual Button yang dapat memberikan animasi pada objek 3D, mengembalikan bentuk objek 3D ke bentuk semula, serta fitur unggulan lainnya,

Ketua Tim Apliaksi KertubAR, Nur Syafei mengatakan, aplikasinya juga mempunyai fitur kuis. Fitur ini bisa dimanfaatkan sebagai bentuk eveluasi bagi para siswa setelah mempelajari kerangka tubuh manusia melalui aplikasi tersebut. Fitur juga digunakan sebagai uji kompetensi seperti yang sering diberikan guru kepada siswanya setiap pembelajan di sekolah. 

“Soal-soal yang disajikan berdasarkan materi Kerangka Tubuh Manusia yang telah dipelajari melalui fitur Kamera AR. Soal tersebut berjumlah 25 soal pilihan ganda,” ungkap Syafei dalam keterangan pers Senin (7/9).

Menurut Syafei, terdapat beberapa perbedaan prinsip antara aplikasinya dengan alat peraga konvensial. Pada KertubAR, guru hanya sebagai fasilitator karena materi kerangka tubuh sudah tersedia di aplikasi. Sementara pada alat konvensional, guru menyampaikan materi dan alat peraga konvensional hanya sebatas peraga. 

Sebagai produk digital, KertubAR bisa mengemas berbagai bentuk model 3D. Sementara peraga konvensional hanya model statis yang biasanya memiliki satu bentuk tetap. "Kelebihan lainnya, KertubAR bisa tersedia untuk semua siswa," ucapnya.

Tim dari Prodi Ilmu Komunikasi yang tergabung ke dalam divisi III Kreasi Video Digital Suntainable Development Goals membuat short story yang mengisahkan Pak Roy yang berprofesi sebagai seorang dosen. Dikisahkan, istri Pak Roy sudah meninggal sejak anaknya masih kecil. Selain berperan menjadi bapak untuk buah hatinya, dia juga harus melengkapi peran sebagai ibu di rumah. 

Di luar rumah, Pak Roy juga harus bertanggung jawab untuk mendidik mahasiswanya. Setiap kuliah daring, Pak Roy selalu tidak diperhatikan oleh para mahasiswanya. Pak Roy mulai terpikir bahwa ia adalah orang yang membosankan dalam mengajar. "Hingga ia mulai mencari cara agar membuat para mahasiswanya tidak lagi bosan ketika mengikuti mata kuliahnya,” kata Ketua Kelompok, Dion Agustian Pratama Putra.

Di dalam video berdurasi 3 menit 50 detik, Pak Roy menyiapkan sebuah rencana untuk memulai kuliah luring di luar kelas. Pak Roy berharap mahasiswanya dapat senang dan tidak lagi bosan dalam belajar. Kemudian datang salah satu mahasiswa ke rumahnya yang memiliki hubungan dekat dengan Roy. 

Secara tidak sengaja, mahasiswa tersebut melihat rencananya untuk kelas luring. Dengan diam-diam, mahasiswa tersebut mengambil gambar melalui ponselnya dan membagikannya kepada teman sekelas melalui grup.

Melihat usaha Pak Roy, akhirnya para mahasiswa merasa bahwa kerja keras dosennya bukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. Akan tetapi juga untuk membuat mereka semua berhasil dan dapat menerima ilmu yang diberikan. "Serta menerapkannya pada kehidupan nyata," katanya.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement