Ahad 06 Sep 2020 16:22 WIB

BI Sebut DIY Deflasi Saat Ekonomi Mulai Bergerak

Harga daging ayam dan bawang merah yang turun, menyebabkan deflasi di DIY.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) DIY, Hilman Tisnawan.
Foto: Yusuf Assidiq.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) DIY, Hilman Tisnawan.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Perwakilan Bank Indonesia DIY menyebut DIY kembali mengalami deflasi pada Agustus 2020. Deflasi ini terjadi di tengah aktivitas ekonomi yang mulai bergerak di DIY.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia DIY, Hilman Tisnawan mengatakan, deflasi pada Agustus tercatat sebesar 0,04 persen (month to month/mtm). Angka tersebut menjadikan laju inflasi DIY secara akumulatif hingga Agustus 2020 sebesar 0,68 persen (year to date/ytd) atau 1,64 (year on year/yoy) secara tahunan.

"Realisasi inflasi DIY maupun nasional tersebut berada di bawah sasaran yang ditetapkan yakni 3,0±1 persen (yoy). Rendahnya realisasi inflasi ini menunjukkan tingkat konsumsi  di DIY yang masih rendah, walaupun aktivitas ekonomi perlahan mulai bergerak," kata Hilman.

Ia menuturkan, deflasi yang terjadi di DIY disebabkan oleh kelompok harga pangan bergejolak yang mengalami penurunan. Seperti harga daging ayam dan bawang merah yang turun, sehingga menyebabkan deflasi di DIY.

Turunnya harga daging ayam dikarenakan stok di pasaran yang saat ini melimpah. Hal tersebut menyebabkan harga daging ayam di tingkat produsen terus menurun.

"Berdasarkan data PIHPS, harga daging ayam ras di tingkat produsen pada Agustus 2020 turun mencapai Rp 19.250 per kilogram. Dari sisi permintaan, serapan daging ayam justru mengalami penurunan," ujarnya.

Untuk harga bawang merah, kata Hilman, turun akibat adanya panen raya yang terjadi di sentra penghasil bawang merah yakni Kabupaten Bantul dan Sleman. Sehingga, pasokan bawang merah pun juga melimpah di pasaran. "Dampaknya harga berangsur-angsur menurun," jelasnya.

Walaupun pada kelompok harga pangan bergejolak mengalami deflasi, namun pada kelompok harga pangan yang diatur pemerintah dan kelompok inti mengalami inflasi.

Hilman menuturkan, pada kelompok yang diatur pemerintah mengalami inflasi terbatas. Terutama pada tarif angkutan udara.

Pada Agustus 2020, ada pelonggaran pembatasan aktivitas masyarakat dan menyebabkan mobilitas meningkat. Hal ini menjadikan penumpang angkutan udara mulai meningkat, yang perlahan menyebabkan tarif angkutan udara mengalami inflasi menuju rata-rata normal.

"Sementara, inflasi pada kelompok inti dikarenakan ada peningkatan harga pada emas dan sepeda," katanya.

Melihat perkembangan inflasi saat ini, ia memperkirakan inflasi DIY selama 2020 akan berada pada batas bawah titik tengah sasaran. Untuk itu, pihaknya pun mengaku, akan meningkatkan sinergi dan koordinasi dengan Tim Penjaga Inflasi Daerah (TPID) DIY dalam memantau perkembangan harga.

"Termasuk menjaga kecukupan stok pangan dan mengupayakan kelancaran distribusi pangan," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement